Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Pembesaran lobster air tawar bertujuan buat mendapatkan lobster dewasa yang siap dikonsumsi, untuk menerima indukan & buat dijadikan lobster hias. Pembesaran lobster sangat berhubungan dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju pertumbuhannya, ketika yg diperlukan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi akan semakin pendek.

Pertumbuhan pada lobster bisa dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertumbuhan absolut & pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan mutlak yaitu berukuran rata-rata yg dicapai oleh lobster dalam satuan waktu eksklusif. Sementara pertumbuhan nisbi didefinisikan sebagai berukuran panjang apa berat yg dicapai pada periode tertentu yg pada hubungkan dengan panjang atau berat pada awal periode tersebut.

Secara generik, pertumbuhan di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal & faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetis dan kondisi fisiologi. Sementara faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yg menjadi media pemeliharaan, diantaranya kimia air, substrak dasar, suhu air, dan ketersediaan pakan.

Dalam pembesaran, pilih benih yang berjenis kelamin jantan saja karena pertumbuhannya lebih cepat daripada yg betina apalagi waktu memasuki tahap pembesaran energi yg dimiliki lobster betina nir hanya untuk membesarkan dagingnya, akan tetapi pula untuk memelihara telurnya.

1. Persiapan Kolam

Wadah pembesaran lobster perlu dibersihkan berdasarkan zat beracun terutama bagian dasar kolam biasanya, zat beracun asal berdasarkan polutan pakan dan bangkai lobster dalam periode pemeliharaan sebelumnya. Untuk membersihkannya, lapisan tanah yg berbau tersebut dikerok & dibuang. Selanjutnya, kolam dikeringkan dan dipupuk misalnya pada persiapan pembenihan.

2.       Persiapan Instalasi/infrastruktur Kolam

Sebelum kolam diisi menggunakan benih, sebaiknya sistem pemasukan dan pengeluaran air telah bisa di operasikan. Jumlah dan jenisnya perlu diadaptasi menggunakan jumlah benih yang akan ditebar. Sistem aerasi & peredaran air sudah bisa bekerja menggunakan baik.

1.       Persiapan Benih

Rekondisi pertama dilakukan dengan mencipratkan air dalam benih dalam sebuah wadah, contohnya ember. Pencipratan dilakukan dalam seluruh tubuh benih, terutama insang. Kolam karantina diaerasi bertenaga dan diusahakan syarat kolam gelap (diberi epilog). Rekondisi dilakukan selama 1-dua hari.

Sebelum menebar benih, hal-hal yg perlu diperhatikan menjadi berikut;

1)      Cek kualitas air, terutama suhu, pH, dan DO. Pastikan suhu air berkisar 26-290C, pH 7-8, dan DO sekitar 4 ppm

2)      Cek kondisi kolam jangan sampai masih ada kebocoran

3)      Sistem aerasi sudah  berjalan dengan baik. Areator atau blower harus sudah dinyalakan 24 jam sebelum ditebar

2. Menebarkan Benih

Jika media pembesaran berupa kolam semen, permukaan kolam tadi sebaiknya diaci apa dikeramik atau paling nir 10-20 cm bagian paling atas berdasarkan wadah pembesaran wajib dibuat licin. Untuk kolam tanah, bagian pinggirnya harus diberi pagar berdasarkan karpet talang air selain itu, selang masuknya air atau kabel listrik sebaiknya dimasukan ke pada pipa paralon supaya nir dijadikan menjadi loka memanjat lobster.

Ukuran benih yang akan ditebar sebisa mungkin seragam. Namun mendapatkan benih yang demikian memang agak sulit. Oleh karenanya, disparitas ukuran benih masih bisa ditoleransi hingga nir lebih berdasarkan 10 gr.

Tingkat kepadatan dalam penebaran berkisar 5-10 ekor/m2 dengan masa pemeliharaan 6-8 bulan. Kepadatan tinggi dapat meningkatkan mortalitas atau memperlambat laju pertumbuhan. Benih ditebar dengan cara meletakannya diatas permukaan kolam tanah/ semen. Jangan sekali-kali menebar benih dengan cara dilempar karena dapat merusak organ dalam dan organ luar.

3.       Pemberian pakan

Lobster adalah jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala. Sebaiknya, makanan untuk lobster diberikan dalam kondisi mentah, baik itu sayuran maupun daging. Lobster makan didasar kolam, sehingga makanan harus ditenggelamkan ke dasar kolam. Pakan lain yang cuckup baik di beri untuk lobster adalah daging, cacing sutera dan blood worm. Namun, jika cacing sutera atau cacing tanah diberikan harus ada perlakuan khusus.Ketika baru diambil dari sungai atu baru dibeli dari pedagang harus diendapkan terlebih dahulu selama satu hari. Tujuannya agar cacing membuang kotoran didalam perutnya sehingga yang tersisa hanya dagingnya. Para pembudidaya pemula disarankan menggunakan cacing beku untuk pakan lobster-lobsternya.

Dalam sehari, pakan yang diberikan sebanyak 3% dari berat badan lobster. Pakan tersebut diberikan dua kali  sehari, yakni pagi hari pukul 07.00 - 10.00pakan sebnayak 25% dan sore hari pada pukul 17.00 sebanyak 75%. Persentase pemberian makan malam lebih banyak karena lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari.

Cara lain buat mengetahui jumlah pakan yg akan diberikan merupakan dengan memutuskan target pertumbuhan yang diinginkan secara periodikal, lalu menghitung kebutuhan pakan yg menunjang pertumbuhan tersebut. Cara ini sangat berguna untuk mengetahui secara logis antara pertumbuhan menggunakan pakan yg dapat dijadikan pola yg lebih terukur.

4.       Pertumbuhan Benih

Pertumbuhan erat kaitannya dengan konsumsi pakan, lingkungan  tumbuhan dan faktor genetis. Pemberian pakan memegang peranan yang paling tinggi. Dengan pemberian pakan yang sesuai, pertumbuhan lobster bisa diprediksi. Semakin besar atau bertambahnya umur lobster, tingkat pertumbuhannya akan semakin menurun (persentase pertumbuhannya semakin kecil).

5.       Pencegahan Hama dan Penyakit

Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama & penyakit karena kulitnya yang keras dan tebal, namun kewaspadaan tetap saja dibutuhkan. Beberapa penyakit yang sering menyerang lobster dan mengakibatkan kematian merupakan menjadi berikut :

1)      Saprolegnia dan Achyla

Kedua pathogen ini menyerang jaringan luar lobster dan menyerang telurnya. Mereka dapat menghambat pernapasan lobster sehingga telur akan mati dan tidak menetas. Tanda lobster terserang penyakit ini adalah pada tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas. Cendawan ini menyebabkan nafsu makan lobster menurun dan akhirnya mati. Cara mengatasi Saprolegnia sp adalah dengan merendam lobster yang terinfeksi ke dalam Malachite Green 2-3 ppm selama 30-60 menit.

2)      Cacing jangkar

Cacing Lernea cyprinacea dan Lernaea carasii menembus jaringan tubuh dengan kaitnya yang menyerupai jangkar. Bagian insang pada lobster yang terjangkit tampak dihuni cacing dan terdapat cairan atau lender yang memanjang. Akibatnya, lobster kekurangan darah kehilangan bobot tubuh, dan kemudian mati. Cacing jangkar dapat diatasi dengan merendam lobster yang terinfeksi kedalam larutan garam (20 gram garam dilarutkan ke dalam 1 liter air) selama 10-20 menit.

3)       Argulus foliaceus

Serangan argulus pada lobster ditandai menggunakan adanya bintik merah pada tubuh. Racun argulus ini mengakibatkan kematian dalam lobster akibat kurang darah & kehilangan banyak darah. Racun yg melukai kulit bisa mengundang infeksi saprolegnia yg semakin menambah penderitaan lobster. Penyakit ini bisa diatasi dengan merendam lobster kedalam 1 ml Lysol yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 dtk. Setelah itu, rendam lobster ke pada sodium permanganate sebesar 1 gr yang dilarutkan pada 100 liter air selama 1,lima jam. Pemberiaan Neguvon, Masoten, & Lindane dilakukan jika agresi telah mencapai stadium zenit karena ketiganya bersifat racun yang justru sanggup membahayakan lobster.

4)      Larva cybister (ucrit)

Larva cybister (ucrit) adalahhewan yang bentukya seperti ulat, tubuhnya berwarna agak kehijauan, dan panjangnya dapat mencapai 2 cm. hewan ini memiliki gigi taring yang terletak di kepala sebagai alat untuk menggigit mangsanya. Sementara di bagian tubuh belakang, ucrit memilik alat penyengat. Meskipun demikian tubuhnya kaku, tetapi gerakannya terbilang cepat. Dilihat dari jenis darahnya, larva  cybister termasuk hewan berdarah putih.

5)      Linsang

Linsang atau sero adalah fauna berkaki empat, berbulu, & berekor panjang. Tubuhnya mirip kucung, namun ukurannya lebih panjang. Bila terkena sinar, matanya mengeluarkan cahaya berwarna biru. Hewan ini poly ditemukan di wilayah kaki gunung atau daerah berbukit. Tempat persembunyian sero sangat susah ditemukan.

Sejauh ini, pemberantasan sero masih sulit dilakukan karena sangat susah ditangkap. Selain itu, penciumannya pula sangat tajam, meskipun dipancing dengan ikan dan lobster yang sudah diberi racun. Hanya pencegahan yang baru bisa dilakukan menggunakan yg dibuat mendadak. Pencegahan lainnya dengan memagar areal sangkar, namun cara ini membutuhkan biaya yg sangat besar .

6.       Penyaing

Golongan penyaing (kompetitor) merupakan fauna yg menyaingi lobster air tawar pada hicdupnya, baik tentang pakan juga ruang buat berkecimpung. Keberadaan kompotitor dikolam akan membuat bias pada perhitungan FCR. Jumlah pakan yg diberikan ternyata nir seluruhnya dikonsumsi sang lobster air tawar. Penyaing ikut memanfaatkan pakan yg pada tebar sang pembudidaya. Hitungan FCR sebagai lebih tinggi.

Beberapa jenis penyaing yg tak jarang hidup bersama lobster air tawar dikolam itu yaitu bangsa siput, seperti trisipan & concong, ikan liar seperti mujair, ketaman-ketaman dan udang kecil-mini .

Untuk mengendalikan beberapa kompetitor ini, perlu dilakukannya upaya pemberantasan supaya nir bersaing dalam mendapatkan pakan menggunakan lobster air tawar. Berikut ini merupakan cara yg mampu dilakukan dalam pemberantasan kompotitor:

1)      Biji Teh

Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan biji teh yang diperas minyaknya. Sejauh ini, biji teh banyak diproduksi dicina. Kadar saponin dalam setiap bungkil biji teh tidak sama  tetapi biasanya dengan 150-200 kg bungkil biji teh per hektar kolam, sudah cukup relatif mematikan ikan liar atau buas tanpa mematikan lobster air tawar yang dipelihara.

Dosis yang dipakai sekitar 200-250 kg/ha kolam. Sebelum ditebar, volume air dalam kolam dikurangi hingga 1/tiga-nya saja. Dengan demikian, takaran yg dipakai saponin menjadi lebih encer. Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif apabila dilakukan pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00

Sebelum dipakai, bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, lalu direndam didalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu, air tersebut dipercik-percikan kedalam tambak, sementara menabur bungkil, aerasi dalam kolam dihidupkan agar saponin teraduk merata. Hal yang perlu di antisipasi yaitu air buangan yg sudah diberi saponin. Air buangan dipastikan telah bebas dari sisa saponin karena bila nir, mampu bersifat racun bagi lingkungan kurang lebih.

2)      Rotenon dari akar deris (tuba)

Akar deris berdasarkan alam mengandung lima-8% Rotenon.Akar yang masih mini lebih poly mengandung rotenone. Zat ini bisa membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm, namun batas yang mematikan lobster air tawar tidak jauh tidak selaras.

3)      Nikotin

Ikan liar, ikan buas, dan siput bisa diberantas menggunakan nikotin dalam dosis 12-15 kg/ha. Selain nikotin, kompetitor bisa pada berantas menggunakan residu-sisa tembakau berdosis 200-400 kg/ha. Sisa ditebarkan dikolam sesudah tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi setinggi 10 cm. Setelah ditebarkan, sisa tembakau dibiarkan selama dua-tiga hari supaya racun nikotinnya bisa membunuh kompetitor. Sementara airnya dibiarkan sampai habis menguap selama 7 hari. Setelah itu, kolam dialiri lagi tanpa dicuci dulu sebab residu tembakau telah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi menjadi pupuk.

7.       Penyaing

Tidak terdapat salahnya pula, hama seperti tikus air, burung, dan kucing pula wajib diwaspadai. Perlu diketahui bahwa kematian lobster umumnya nir murni disebabkan sang serangan hama dan penyakit. Kegagalan dalam pergantian kulit (moulting) pertama dapat mematikan lobster. Insang dalam lobster yg memaksakan diri buat berganti kulit umumnya akan lepas & lobster akan mangkat seketika itu juga. Hal ini bisa diatasi dengan mempertinggi pasokan oksigen terlarut dalam air. Terutama sebelum & selesainya pergantian kulit berlangsung.

8.       Pencagahan

Beberapa cara yg dilakukan untuk mencegah adanya serangan hama pada lokasi pembudidayaan lobster air tawar sebagai berikut :

a)      Mengeringkan bak atau kolam yang akan digunakan sehingga hama-hama mati.

b)      Melakukan pengapuran pada saat persiapan kolam atau bak.

c)       Memasang saringan pada pintu masuk sehingga hama tidak masuk ke kolam.

d)      Melakukan filterisasi, yakni air yang masuk ke areal kolam harus melalui filter terlebih dahulu sehingga bibit-bibit hama yang masih kecil dapat tertahan oleh filter tersebut.

e)      Memberantas hama, baik secara mekanik, biologis, maupun secara kimiawi.

f)       Memberi pagar pada seputaran areal kolam setinggi 60 cm. Bahan pagar  yang digunakan yaitu seng, semen, atau jaringan.

Sementara upaya pencegahan terhadap datangnya serangan penyakit dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

a)      Mengeringkan kolam atau bak untuk memotong siklus hidup penyakit.

b)      Mengapur kolam sebelum penebaran benih sehingga dapat membunuh hama dan penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan pH.

c)       Menjaga kualitas air agar parameternya tetap pada kondisi normal.

d)      Menjaga kebersihan sekitar areal perkolaman

e)      Melakukan penebaran dengan padat tebar yang optimal dan ukuran yang seragam untuk menurunkan tingkat kanibalisme.

f)       Melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada tubuh lobster.

g)      Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit, seperti burung, dan siput.

9.       Pemanenan

Pemanenan lobster air tawar dilakukan waktu ukurannya sudah mencapai berukuran standar yang diminta pasar. Saat ini, ukuran yang poly diminta pasar lebih kurang 10-12 ekor/kg atau 85-100 gr. Semakin akbar ukuran, semakin dicari oleh pasar. Permintaan pasar oleh lobster air tawar nir hanya semata-mata hanya pada ukuran. Keutuhan capit pula sebagai syarat yang mutlak untuk diterima pasar. Cara memanen lobster tergantung pada sistem kolam yang dipakai.

1)      Pemanenan pada kolam  sistem monik

Kolam sistem monik mempunyai saluran pembuangan menurut papan. Sementara pada bagian dasarnya memiliki kemalir yg kedalamnya melebihi dasar kolam lainnya. Jenis kolam ini bisa dipakai buat pembenihan juga pembesaran lobster air tawar. Cara pemanennya sebagai berikut ;

a)      Pasang saringan didepan pintu pengeluaran (monik).

b)      Cabut papan monik yang paling atas dan biarkan airnya terbuang hingga mencapai ketinggian papan dibawahnya. Cabut papan kedua dan biarkan air terbuang.

c)       Siapkan ember yang telah berisi air. Sebaiknya ember diisi dengan air yang berasal dari kolam agar suhu dan pH nya sama ketika dipindahkan, bibit tidak terlalu stres.

d)      Sambil menunggu air surut, angkat subtract. Bibit-bibit akan menempel pada subtract. Masukan subtract dengan bibit kedalam ember.

e)      Jika telah penuh dengan subtract, pindahkan bibit beserta dengan subtractnya ke hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat pemanenan.

f)       Bila airnya sudah surut lagi, cabut papan ketiga agar airnya lebih surut. Biasanya bibit yang tidak menempel pada subtract akan berkumpul di kemalir. Tangkap sisa bibit tersebut menggunakan scoop net, lalu masukan keember atau ke hapa.

2)      Pemanenan di kolam bersistem sipon.

Adapun termin pemanenan lobster air tawar sistem sipon sebagai berikut ;

a)      Cabut pipa PVCD yang menghubungkan saluran pembuangan mendatar. Air akan keluar dengan sendirinya.

b)      Pada pintu saluran pembuangan didalam kolam pasang saringan dari jaring agar bibit atau ukuran konsumsi tidak ikut terbuang bersama air.

c)       Sambil menunggu air surut, ambil subtract yang terisi oleh lobster air tawar dan masukan kedalam ember

d)      Jika embernya penuh, pindahkan lobster tersebut kedalam tempat penampungan.

3)      Pemanenan pada kolam Jenis Lain

Kolam jenis lain disini yaitu kolam menggunakan sistem pembuangan selain sistem sipon & monik. Biasanya, kolam ini tidak memiliki sistem pembuangan yang baik oleh karena itu, cara pemanenan lobster pada kolam ini sedikit tidak selaras dengan jenis kolam lainnya. Adapun cara pemanenan dalam kolam menjadi berikut ;

a.       Sambungkan selang pada mesin pompa dan ujung selang dipasang jaring atau kawat ram

b.      Masukan ujung selang kedalam dasar dan hidupkan pompa

c.       Ketika air sudah mulai surut, ambil lobster beserta subtractnya dan masukan kedalam ember.

d.      Jika embernya penuh, pindahkan lobster tersebut kedalam penampungan

3 Simulasi Usaha Pembesaran

Simulasi pembesaran lobster air tawar dilakukan pada kolam tembok merupakan menjadi berikut :

a)      Luas lahan seluas wadah pembesaran

b)      Wadah pembesaran kolam berukuran 2 m x 1 m x 1 m sebanyak 40 kolam

c)       Sarana dan prasarana

1)      Prasarana

-   Pengadaan benih yang ditebar berukuran 2-5 cm

-   Perbaikan/pembuatan kolam.

-   Pengadaan peralatan :

o Water heater.

o   Thermometer.

o   Pompa air

2)      Sarana

-   Pakan lobster selama pemeliharaan berupa cacing atau pakan pelet. Dosis pakan sebanyak 3-5% dari berat biomas dengan frekuensi pemberian 3-4 kali sehari

d)      Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasional cukup 1 orang

e)      Jumlah benih yang ditebar dengan kepadatan 50 ekor/m2 adalah 50 x (2 x 1 x 1) x 40 = 4.000 ekor.

f)       Frekuensi pembesaran sebanyak dua kali dalam setahun.

g)      Jumlah lobster yang dihasilkan dari ukuran penebaran 2-3 cm:

-   Lobster dipanen ukuran 30-40 ekor/kg membutuhkan waktu 2-3 bulan.

-   Lonster dipanen ukuran 8-10 ekor/kg membutuhkan waktu pemeliharaan 5-6 bulan dengan tingkat kehidupan 80% adalah 80% x 4.000 : 10 ekor/kg = 320 kg.

h)      Siklus periode pembesaran lobster air tawar 5-6 bulan. Tergantung dari ukuran benih ditebar dan ukuran panen.

  1. Pakan Lobster Air Tawar

Pakan memegang peranan penting buat pertumbuhan & perkembangan lobster. Pemberian pakan jenis, jumlah, & frekuensi yg tepat diperlukan lobster akan tumbuh dengan cepat pada syarat sehat, kuat, dan terbebas menurut agresi penyakit. Pakan yg baik merupakan pakan menggunakan kandungan zat-zat gizi yang diharapkan lobster, seperti protein, lemak, mineral, & vitamin.

Protein mutlak diharapkan lobster karena kegunaannya menjadi pemacu pertumbuhan dan pengganti jaringan yang rusak. Seperti halnya protein, kecukupan lemak dalam tubuh lobster juga dibutuhkan Karena terkait erat menggunakan karbohidrat. Keduanya merupakan asal energi utama.

Kebutuhan mineral seperti mineral kalsium, besi, fosfor, magnesium,dan lain-lain memang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit bila dibandingkan   dengan kebutuhan protein, karbohidrat dan lemak. Meskipun sedikit, peranan mineral dalam menjaga kondisi tubuh lobster agar senantiasa prima sangat dibutuhkan. Vitamin bagi lobster dibutuhkan untuk membentuk warna yang cemerlang. Zat-zat gizi dapat diperoleh dari berbagai jenis pakan alami dan pakan buatan.

B. Budidaya di Kolam Terpal

1. Pemberian Pakan

Lobster termasuk pemakan segalanya (omnivora), contohnya plankton, benthos, cacing, peripithon, atau lumut. Namun,dalam kolam budi daya, lobster bisa diberi pakan pelet.

Lobster bisa diberi pakan berupa cincangan wortel, ketela rambat oranye, kecambah, atau cacing rambut. Untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan & menjaga kesehatannya, waktu masih larva usahakan diberi pakan berupa moina, daphnia, atau artemia & selesainya mulai besar hadiah pakan yang paling simpel adalah menggunakan pakan protesis atau pelet. Pakan buatan selain komposisinya mengandung gizi yg lebih baik (kandungan protein 35-42%), pula lebih mudah dalam anugerah & penyimpanannya.

Lobster lebih bahagia bila hadiah pakan dilakukan sedikit-sedikit lantaran lobster memiliki kebiasaan memakan sedikit demi sedikit, makanan yang telah dimakan umumnya akan dicerna habis selama 2-3 jam. Lobster akan lapar lagi setelah tiga jam tadi. Dalam sehari frekuensi pemberian pakan usahakan 4 kali, yaitu pukul 07.00, 13.00, 17.00, dan 19.00.

Semakin akbar tubuh lobster, persentase kebutuhan pakan menjadi lebih sedikit, namun frekuensi pemberiannya menjadi lebih banyak. Metode anugerah pakan seperti ini dipercaya cukup efektif lantaran residu pakan yang nir tergoda hanya sedikit.

2. Perawatan

Dalam budi daya lobster, penggantian air merupakan hal yang mutlak dan sering untuk dilakukan. Hal ini karena lobster sensitif terhadap kondisi kualitas air yang kurang baik. Selain untuk membersihkan sisa kotoran pada media budi daya, penggantian air yang sering akan merangsang lobster untuk moulting. Penyiponan sebaiknya dilakukan dua hari sekali. Sedangkan, untuk mempertahankan suhu tubuh lobster akibat penurunan suhu lingkungan yang mendadak, sebaiknya dipasang penghangat (water heater) di kolam budi daya, terutama untuk benih lobster yang masih kecil. Untuk budi daya pembesaran dengan kepadatan yang cukup tinggi sebaiknya ke dalam kolam diberikan aerasi agar lobster lebih mudah untuk memanfaatkan oksigen dari media air. Sedangkan untuk pembenihan gunakan air media yang mengalir pelan, gemericik, dan diberi aerasi sehingga suplai air dibuat sedemikian rupa agar mengalir dengan gemericik. Kondisi ini sangat disukai oleh lobster dan merangsang lobster untuk melakukan pemijahan.

Bila menggunakan air dari sungai atau ingin mengelola air dengan resirkulasi bisa dilakukan penyaringan air menggunakan treatment bak biofilter. Bak biofilter dibentuk berdasarkan lapisan yang paling bawah gravel besar , ijuk, arang aktif, pecahan karang, koral kecil, kerikil, gravel & spon.

Air dari sungai atau berdasarkan output pembuangan dari budi daya dimasukkan kedalam bak biofilter, buat disaring hingga higienis. Selanjutnya air saringan baru dialirkan ke kolam pemeliharaan.

Sumber:

Kristiany M.G.E., & Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: