Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan & Manfaat Penerapan Teknologi

Tujuan berdasarkan aktivitas ini adalah buat (a) menyebarkan komoditas alternatif yg prospektif dan menguntungkan, (b) memperoleh model budidaya rajungan yang tepat, efisien dan ramah lingkungan, (c) menaikkan produktivitas tambak, (d) menambah nilai produksi berdasarkan lawi-lawi menjadi bioshelter & produk samping aktivitas budidaya rajungan, dan (e) mempertinggi pendapatan pembudidaya dan memperluas lapangan kerja.

Manfaat lain berdasarkan aktivitas ini merupakan tersedianya produk lawi-lawi sebagai pangan yang mempunyai poly manfaat bagi manusia. Manfaat lawi-lawi disamping menjadi bahan panganatau makanan segar sebagai lalapan jua memiliki hasiat menjadi obat beberapa penyakit tertentu dan masih banyak kegunaan/hasiatnya diantaranya :

? Meningkatkan nafsu makan

? Sebagai obat kanker dan penyembuh luka

? Meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh

? Sumber nutrisi tubuh (Tabel 1)

? Melancarkan aliran darah

? Meningkatkan percaya diri (awet muda)

? Meningkatkan vitalitas

? Anti alergi dan anti jamur

? Pencegahan rematik

? Pencegah terjadinya tumor

? Dapat digunakan menjadi obat bius yg aman buat mobilisasi & transportasi sistem pengiriman ikan

PENGERTIAN

Lawi ?Lawi (Caulerpa, sp), diambil menurut bahasa daerah Makassar Sulawesi Selatan. Masyarakat pada Sulawesi Selatan secara turun temurun telah mengkonsumsi rumput bahari dari golongan makro alga yang mirip anggur hijau ini. Beberapa sebutan lain buat lawi-lawi antara lain : Latoh (Jawa), Lato (Filipina), Umi Budo (Jepang), Latin, Caulerpa sp, Anggur bahari (Indonesia) dan Sea grapes (bahasa Inggris). Rajungan (Portunus pelagicus. Linn), adalah jenis kepiting yg mempunyai tempat asli alami hanya di bahari. Jenis ini biasa ditemukan di areal pasang surut berdasarkan Samudera Hindia, Samudera Pasifik & Timur Tengah hingga Mediterania. Rajungan dimanfaatkan menjadi asal bahan pangan dengan nilai ekonomis tinggi. Makanan rajungan di alam diantaranya bivalvia, ikan & beberapa jenis alga. Rajungan memiliki sifat yg sangat berbeda dengan kepiting bakau (Scylla serrata), Rajungan tidak dapat bertahan usang hidup pada darat atau keluar menurut lingkungan air.

Tabel 1. Komposisi Nutrient Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera and Sargassum polycystum (% berat kering sample). Matajun et aI.(2009)

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi

Secara umum pemeliharaan lawi-lawi nir rumit. Lawi-lawi pada umumnya hayati pada perairan bahari dangkal namun bisa jua dibudidayakan pada tambak baik secara monokultur maupun secara polikultur dengan komoditas bandeng, udang atau rajungan. Lokasi yg dipilih buat budidaya lawi-lawi dan rajungan adalah yg mempunyai ciri lingkungan menjadi berikut :

1. Lokasi tambak jauh menurut imbas air tawar yg dapat menurunkan salinitas air

2. Lokasi tambak jauh menurut asal polutan

3. Lokasi tambak harus dekat sumber air bahari. Air tambak sanggup berganti secara rutin mengikuti pasang surut air bahari

4. Tambak dengan tanah dasar pasir berlumpur, karena lumpur sebagai substrat bagi lawilawi

lima. PH tanah tambak wajib normal (tidak asam & tidak basa)

6. Salinitas tambak > 20 ppt.

NO PARAMETER KISARAN OPTIMAL

1 Suhu 25-33 oC

dua Salinitas 20-30 ppt

tiga Pertukaran air Maksimal 1 7 hari sekali

4 Kedalaman air 50 ? 120 cm

Lawi-lawi yg sudah ditanam wajib dikontrol secara rutin buat mengetahui syarat perkembangannya. Begitu juga syarat salinitas air wajib senantiasa dimonitor terutama dalam isu terkini hujan karena salinitas air sewaktu-waktu sanggup menurun tajam sampai pada bawah 25 ppt. Salinitas yg optimum untuk budidaya Lawi-lawi yaitu di atas 20 ppt (Tabel dua). Untuk menjaga salinitas air tambak wajib dilakukan penggantian air secara rutin (minimal satu minggu sekali).

Tabel 2. Kondisi lingkungan optimal buat budidaya Lawi-lawi (Caulerpa,sp) dan Rajungan (Portunus pelagicus, linn)

Uraian Prosedur Operasional Standar

a. Uraian teknologi

Teknologi yg diterapkan yaitu aktivitas budidaya polikultur (pemeliharaan beberapa komoditas) secara bersamaan dalam satu ekosistem yg sama. Dalam aktivitas ini dilakukan pemeliharaan & produksi dua biota aquatik yang tidak selaras yaitu Lawi-lawi (Caulerpa. Sp) sebagai tumbuhan aquatik & Rajungan (Portunuspelagicus. Linn)sebagai hewan aquatik yang asal berdasarkan golongan Crustacea.

B. CaraPenerapan teknologi

1. Tahap Persiapan Tambak

Pengeringan dasar tambak (Gambar 1) dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan bahan organik dan pencucian gulma perairan yg bisa sebagai kompetitor pada penggunaan oksigen. Pemberantasan hama dilakukan dengan memakai saponin (4050g/m ) & pengapuran dasar tambak menggunakan menggunakan CaO (25-30 g/m ) atau kapur2 dua CaCO3dengan takaran (60-70 g/m )dua. Pemupukan tambak dilakukan buat memperkaya ketersediaan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lawi-lawi dan pakan alami yg berguna bagi kehidupan rajungan. Dosis anugerah pupuk organik yaitu 20-40 g/m atau dua 200-400 kg/ Ha. Setelah Gambar 1. Proses pengeringan tambak selama tiga-4 hari sebelum pengapuran & pemupukan pemberian pupuk & terjadi proses ionisasi atau mineralisasi selanjutnya tambak diisi air secara berangsur-angsur sampai pada air 10-15cm. Setelah kedalaman air tambak 15-25cm, dilakukan penanaman lawi-lawi menggunakan padat tanam 500 g/m2 pada 10-15% x luas areal (Ha) atau 500-750 kg/Ha.

Dua. Penanaman bibit lawi-lawi

Penanaman lawi-lawi dilakukan lebih awal menurut rajungan, yaitu 2 minggu sebelum penebaran benih rajungan. Hal ini dimaksudkan agar dalam ketika benih rajungan ditebar lawi-lawi sudah tertanam bertenaga pada dasar tambak dan telah sanggup dimanfaatkan menjadi shelter rajungan. Lawi-lawi ditanam pada dasar tambak dalam kondisi ketinggian air tambak antara 15-25 centimeter menggunakan padat tanam 0,5 kg/m (masing-masing lima rumpun lawi-lawi/m masing-masing 100 gram per2 2 rumpun) menggunakan jarak tanam antar rumpun atara 50 ? 100 centimeter tergantung pada syarat lingkungan tambak.

Tiga. Pemberian Pupuk Susulan

Pemberian pupuk susulan dilakukan buat membantu proses pertumbuhan dan peremajaan selsel dalam tallus & anggur pada lawi-lawi selesainya dilakukan panen sebagian (parsial). Disamping itu pemberian pupuk susulan pula sangat bermanfaat bagi pengkayaan ketersediaan pakan alami rajungan. Meningkatnya ikan-ikan pelagis yg masuk ke areal tambak menaikkan ketersediaan makanan tambahan rajungan pada tambak. Bahan yang digunakan dalam anugerah pupuk susulan ini sanggup menggunakan pupuk organik kompos atau pupuk organik cair menggunakan takaran sinkron syarat dan kesesuaian lahan. Waktu pemupukan usahakan dilakukan dalam pagi hari setiap 6 minggu sekali sehabis pergantian air.

4. Penebaran Rajungan

Penebaran benih rajungan dilakukan selesainya 2 minggu penanaman lawi-lawi. Benih rajungan yang dipakai merupakan benih unggul output pengembangbiakan pada hatchery Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar. Benih rajungan yang ditebar berukuran 1-2 centimeter menggunakan berat rataan 1,5 - 2 g/ekor. Sebelum ditebar di tambak benih rajungan terlebih dahulu diaklimatisasikan dengan cara dipelihara pada waring yang dipasang di tambak. Setelah tiga hari aklamatisasi, benih rajungan dilepas ke pada tambak. Budidaya rajungan pada tambak dilakukan selama 4 bulan masa pemeliharaan. Sistem budidaya yang dilakukan adalah sistem intensif dan tradisional. Pada sistem intensif, benih rajungan ditebar menggunakan kepadatan dua ekor/m sedangkan pada sistem tradisional 1 ekor/m2.

Lima. Pemberian Pakan Rajungan

Pakan yang dipakai sebagai pakan tambahan buat pembesaran rajungan adalah ikan rucah yaitu jenis ikan yang bernilai irit rendah atau limbah olahan ikan. Ikan rucah dicincang supaya sesuai menggunakan berukuran & bukaan verbal rajungan. Pemberian pakan tambahan u n t u k r a j u n g a n p a d a budidaya sistem semi intensif dilakukan satu kali per hari dengan dosis dua% berdasarkan total biomassa (berat t o t a l b e n i h y a n g dibudidayakan). Waktu yang

Gambar 3. Ikan rucah dicincang (kiri) dan output cincangan (kanan) buat pakan tambahan dalam aktivitas pembesaran rajungan pada tambak tepat buat pemberian pakan dalam sistem semi intensif ini merupakan pada jam 11-12 siang yaitu pada syarat nafsu makan rajungan sangat tinggi. Sedangkan dalam sistem budidaya intensif hadiah pakan dalam rajungan yg dipelihara dilakukan sebanyak 3 kali perhari dengan takaran dua-3% berdasarkan total biomassa. Pemberian pakan yg sempurna yaitu pada jam 08.00, jam 12.00 dan jam 15.00 dan dilakukan secara kontinyu setiap hari hingga masa rajungan siap panen.

6. Sampling Rajungan

Sampling merupakan penimbangan dan pengukuran beberapa sampel rajungan yg dibudidayakan secara rambang untuk mengetahui bobot & ukuran modern baik pada rataan perindividu juga per populasi rajungan yang dibudidayakan. Sampling jua dimaksudkan buat bisa mengetahui laju pertumbuhan, nilai konversi pakan (FCR), nomor sintasan hidup (SR) dan tingkat efisiensi anugerah pakan, serta dapat m e m p e r k i r a k a n kebutuhan pakan l a n j u t a n . A g a r rajungan tidak tertekan usahakan sampling dilakukan setiap dua minggu sekali dalam

Gambar 3. Kegiatan sampling yang dibudidayakan untuk mengukur laju pagi atau sore hari pertumbuhan (kiri) & berat rataan rajungan (kanan) waktu suhu air rendah.

7. Metode Pemanenan Lawi-lawi & Rajungan dalam sistem polikultur

Lawi-lawi juga rajungan bisa dipanen secara gampang kapan saja waktunya disaat diinginkan sinkron kondisi pasar. Pemanenan mampu dilakukan secara berangsur-angsur sebagian (parsial) atau dipanen seluruhnya (panen total)

? Panen Parsial (Panen sebagian)

Panen Parsial adalah proses pemanenan sebagian biota aquatik yg dibudidayakan tanpa harus mengeringkan air pada tambak & tanpa mengganggu berlangsungnya aktivitas budidaya atau pembesaran lanjutan. Pada sistem panen parsial, lawi-lawi atau rajungan dipanen sesuai kebutuhan dengan ketika bersamaan ataupun pada saat yang berbeda. Pada sistem panen misalnya ini yang dipanen terlebih dahulu adalah rajungan dengan menggunakan indera tangkap (rakkang) yg diberi umpan ikan rucah (Gambar 4). Rakkang pada letakkan dekat saluran pemasukan air laut sehingga rajungan terjebak dalam rakang tadi. Selanjutnya rajungan ditampung dalam waring/hapa, buat disortir berdasarkan ukuran sinkron kebutuhan & permintaan pasar. Setelah proses penangkapan rajungan terselesaikan pemanenan lawi-lawi dilakukan secara eksklusif dengan mobilitas panen ke arah inlet. Panen lawi-lawi bisa dilakukan secara terjadwal dimulai saat umur tanam lawi-lawi telah lebih berdasarkan 3 minggu ke atas. Lawi-lawi yg sudah dipanen dibilas air tambak yang higienis buat membersihkannya menurut kotoran lumpur. Lawi-lawi ditampung pada waring pemberokkan selama 3 hari & dilakukan sortir secara kuantitas & kualitas untuk dikemas kedalam karung sebelum didistribusikan ke pasar.

? Panen Total (Panen Seluruhnya)

Proses panen total dilakukan dengan mengeluarkan air tambak secara perlahan-lahan sampai tambak menjadi kering menggunakan menggunakan pompa dorong ataupun pompa hisap. Seluruh biota yg dibudidayakan dipanen seluruhnya baik lawi-lawi maupun rajungannya. Pengeringan dasar tambak dilakukan lagi buat aktivitas selanjutnya. Pada sistem panen total rajungan dilakukan setelah panen parsial, selanjutnya air tambak disurutkan sembari terus dilakukan panen rajungan dengan menggunakan rakkang hingga permukaan tambak terus menurun. Sebelum air tambak kemarau, dilakukan panen lawi-lawi secara total, dibersihkan kemudiandisortir pada tambak atau saluran air bahari yg higienis di sekitar lokasi panen. Setelah lawi-lawinya habis dipanen dilakukan panen rajungan sampai habis, kemudian pada t a m p u n g d a l a m waring/hapa. Setelah lawi-lawi dan rajungan selesai dipanen, pematang tambak d i p e r b a i k i d a n dikeringkan buat Gambar 4. Alat panen rajungan atau Rakkang (kiri) dan rajungan hasil fase penggunaan panen total (kanan) tambakselanjutnya.

Kaji Terap yang sudah dilakukan Kajiterap (Gambar 5) terkait teknologi budidaya polikultur lawi-lawi menggunakan rajungan ini dilakukan pada bulan Maret hingga dengan Juli 2012 pada dua lokasi tambak milik

Gambar 5. Interaksi antara lawi-lawi (menjadi bioshelter) dengan

Rajungan (simbiosis mutualisme) dalam polikultur lawi-lawi & rajungan pembudidaya pada Dusun Pu n t o n d o d a n D u s u n Turikalle Teluk Laikang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.Bahan yang dipakai adalah bibit lawi-lawi kultivar bulaeng, benih rajungan, pakanrucah, pupuk organik & probiotik. Produksi lawi-lawi tidak sinkron dalam tambak semi intensif & tradisional (Tabel 3) yang luasnya 400 m2. Sedangkan produksi rajungan berdasarkan polikultur menggunakan lawi-lawi dalam tambak 10.000 m2 berkisar antara 18 ? 221 kg (Tabel 4) dengan salinitas air tambak berkisar antara 18,8 ? 31,6? (Gambar 6).

Gambar 6. Grafik hasil Pengamatan kualitas air selama kegiatan

Tabel tiga. Produksi lawi-lawi (Caulerpa sp)pada sistem polikultur menggunakan rajungan (Portunus pelagicus. Linn) di tambak Laikang Kabupaten Takalar selama 4 bulan pemeliharaan

Tabel 4. Produksi dan kelangsungan hidup rajungan (Portunus pelagicus. Linn) hasil polikultur dengan lawilawi (Caulerpa, sp) pada tambak Laikang Kabupaten Takalar.

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

Kegiatan uji coba polikultur budidaya lawi-lawi dengan rajungan sistem intensif juga tradisional menaruh citra usaha menguntungkan walaupun dengan hasil produksi rajungan yg masih rendah, akan tetapi jauh lebih baik dibanding sistem budidaya monokultur yang umumnya pembudidaya lakukan. Pada sistem polikultur menggunakan lawi-lawi dengan anugerah pakan menghasilkan produksi rajungan sebesar 221kg, sedangkan untuk polikultur tanpa diberi pakan diperoleh produksi akhir rajungan sebanyak164 kg & untuk budidaya monokultur rajungan secara tradisional (tanpa diberi pakan) hanya dihasilkan produksi rajungan sebesar 18 kg dengan kelangsungan hayati sangat rendah (SR = 10,4%). Ukuran rajungan sesudah 4 bulan masa pemeliharaan berkisar antara 5-12 ekor/kg dengan sintasan 28 %. Data tersebut menerangkan hasil yg lebih baik menurut sistem monokultur yang sintasannya berkisar antara 10% - 17%. Pada awalnya tingkat sintasan yg ditargetkan merupakan 30%. Kecilnya sintasan ini diduga lantaran kondisi tambak yang menyulitkan dalam waktu panen. Kondisi tambak gambut (eks tambak idle) dan berlumpur membuat banyak rajungan yang menyelinap di lumpur walaupun air bisa disurutkan. Diduga masih banyak rajungan yang tersisa pada dalam tambak terutama buat berukuran yg lebih mini sebagai akibatnya rajungan yang dibudidayakan nir mampu di panen serentak pada satu kali pemanenan.

WAKTU DAN LOKASI PENGKAJIAN, DAERAH REKOMENDASI

Data berdasarkan hasil uji coba pada Dusun Puntondo & Turikalle Desa Laikang Kabupaten Takalar yg dilaksanakan dalam bulan Maret s/d Juli 2012 menerangkan bahwa budidaya lawi-lawi & rajungan dalam sistem intensif menaruh dampak yang lebih baik terhadap kelangsungan hayati (SR) rajungan sehingga produktivitasnya lebih baik menggunakan ukuran nisbi seragam. Pada sitem tradisional yang tidak diberi input pakan juga menampakan nomor kelulushidupan yg cukup baik dibanding sistem monokultur. Hal ini menerangkan adanya dampak yang cukup efektif penggunaan lawi-lawi sebagai shelter/tempat asli rajungan yang ideal. Lain halnya menggunakan sistem monokultur budidaya rajungan yang kelulushidupannya rendah dan berukuran kurang seragam, ini sangat memungkinkan sebagai akibat menurut tidak adanya shelter tempat rajungan berlindung berdasarkan ancaman sifat kanibalisme sesamanya terutama pada saat pergantian kulit (molting) dan kompetisi dalam ketika mengkonsumsi pakan.

Gambar 7. Kawasan pengembangan lawi-lawi & rajungan (Teluk Laikang), Di Sulawesi Selatan Wilayah penerapan dan pengembangan lokasi teknologi Budidaya polikultur lawi-lawi menggunakan rajungan adalah wilayah yang strategis & memiliki kelayakan teknis sebagai tempat asli yang cocok buat budidaya lawi-lawi & rajungan. Lokasi yg dipilih sebaiknya berdekatan eksklusif menggunakan bibir pantai supaya memudahkan penggantian air bahari yg sangat ditentukan oleh pasang surutnya air bahari (Gambar 7). Daerah dengan latar belakang sektor pertanian yang kurang maju adalah galat satu kawasan yang tepat untuk dijadikan pengembangan budidaya lawi-lawi dan rajungan sebagai akibatnya perekonomian rakyat dapat ditingkatkan melalui pertanian aquatik (budidaya lawi-lawi di tambak).

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Kemungkinan pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan berdasarkan kegiatan budidaya polikultur misalnya ini diantaranya produksi lawi-lawi yang melimpah jika nir sesuai dengan permintaan pasar yg c u k u p a k a n m e n g a k i b a t k a n menurunnya harga jual lawi-lawi dipasaran. Sebagai antisipasi berdasarkan k e m u n g k i n a n terjadinya kondisi tersebut dilakukan b e r b a g a i c a r a pengenalan produk lawilawi dalam berbagai

Gambar 8. Proses panen sebagian (parsial)(kiri) dan penampunganlawi-lawi pada hapa pada tambak sebelum dipasarkan (kanan)

kemasan buat membuka akses pasar yg baru pada warga terutama di lebih kurang daerah pengembangan budidaya lawi-lawi. Selain itu perlu dicari peluang pasar supaya lawi-lawi dapat dipasarkan sebagai bahan standar produk olahan pangan & obat-obatan menggunakan bekerja sama dengan aneka macam pihak buat menjajaki peluang ekspor lawi-lawi ke manca negara. Dampak lain yang kemungkinan dapat timbul karena sifat lawi-lawi yang menyerap substrat, apabila lokasi budidaya mempunyai substrat yang poly mengandung limbah dan amoniak dapat menurunkan kualitas produksi dan lawi-lawi yang dihasilkan kurang higienis. Hal ini dapat diantisipasi menggunakan pemilihan lokasi budidaya yg baik sebelum kegiatan budidaya dilaksanakan.

KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA

Kegiatan budidaya lawi-lawi secara polikultur dengan rajungan menaruh asa baru bagi pembudidaya/petambak. Rajungan sanggup dibudidayakan di tambak secara bersamaan dengan lawi-lawi karena 2 biota aquatik yg tidak selaras spesies ini satu sama lain mempunyai hubungan positif yang saling menguntungkan (bersimbiosis mutualisme) dan bisa beradaptasi pada lingkungan yg sama. Lawi-lawi sebagai flora perairan tambak sangat membantu berperan pada merangsang laju pertumbuhan rajungan pada suplai oksigen pada siang hari & tidak berbahaya dalam malam hari, bahkan sebagai tempat yg nyaman bagi rajungan pada saat fase istirahat dan ganti kulit (molting). Pada sisi lain keberadaan rajungan pula tidak mengganggu

Tabel lima. Gambaran output produksi sistempolikultur lawi-lawi (Caulerpa, sp) dengan rajungan (Portunus pelagicus. Linn) pada tambak Laikang Kabupaten Takalar, selama satu daur (Masa pemeliharaan tiga,lima bulan). *)Tambak porous, air dangkal bersuhu panas tanpa lawi-lawi sehingga produksi rajungan rendah

Tabel 6. Hasil bisnis per daur

Gambar 9. Rajungan yg sudah dipanen perkembangan dan pertumbuhan lawi-lawi, bahkan kotoran & sisa pakan output metabolisme rajungan secara tidak pribadi menjadi masukan unsur hara yg bermanfaat bagi pertumbuhan lawi-lawi. Berdasarkan analisa sederhana terhadap hasil kegiatan kaji terap teknologi polikultur lawi-lawi dengan rajungan ini diperoleh konklusi hemat bahwa budidaya polikultur lawi-lawi dengan rajungan sangat menguntungkan (Tabel lima dan 6) & bisa dikembangkan sebagai teknologi cara lain pada rangka menunjang program industrialisasi perikanan. Pada sisi teknis aktivitas ini dapat membentuk konklusi teknis sebagai berikut :

? Lawi-lawi dapat dijadikan asal penghasilan harian bagi para pembudidaya pada sistem polikultur menggunakan rajungan sebelum panen rajungan.

Gambar 10. Tiga kultivar lawi-lawi (Caulerpa, sp) yg dikembangkan pada kajian: Kultivar Bu'ne(C. Racemosa) (a), Bulaeng (C. Lentillifera) (b) & lipan (C. Sertulariodes) (c)

? Polikultur lawi-lawi dengan rajungan menaruh harapan baru bagi pembudidaya/petambak

? Rajungan bisa dibudidayakan di tambak secara bersamaan menggunakan lawi-lawi karena 2 biota aquatik yang tidak selaras spesies ini satu sama lain mempunyai interaksi positif yg saling menguntungkan (bersimbiosis mutualisme) dan dapat beradaptasi dalam lingkungan yang sama

? Model/teknik budidaya misalnya ini bisa mempertinggi taraf kelangsungan hidup rajungan dan meningkatkan nomor produksi/meningkatkan pendapatan rakyat pembudidaya tambak

TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Tingkat komponen yg digunakan pada aktivitas ini 100% produk dalam negeri, dimana seluruh bahan dan peralatan yg digunakan dalam kegiatan tersedia setiap waktu diperlukan.

Sumber:

Hasbullah D., Raharjo S., Jumriadi, Agusanty H, & Rimmer M., 2013. Polikultur Rumput Laut Lawi-lawi (Caulerpa, sp) dengan Rajungan (Portunus pelagicus. Linn) pada Tambak. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian & Pengembangan Kelautan dan Perikanan ? Kementerian Kelautan & Perikanan, Jakarta.

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: