Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 9]

Jenis ikan air bahari yang memiliki hemat penting pada perairan Indonesia sangatlah poly. Berikut merupakan beberapa jenis ikan air bahari yg memiliki nilai irit penting yg telah dirangkum. Untuk melihat tulisan sebelumnya bisa ditinjau dalam tautan dibawah artikel ini.

41. Kapas-kapas , (Gerres filamentosus)
Ikan kapas - kapas [sumber]

(Gerridae); hidup di perairan pantai, perairan dangkal hingga kedalaman 30 m, bergerombol besar , bisa rnencapai panjang 25 cm, umumnya 15 centimeter. Tergolong ikan dasar, ikan buas, makanannya binatang-binatang dasar, penangkapan dengan trawl, cantrang dan sejenisnya, pukat tepi & sejenisnya, acapkali masuk di jermal dan sero, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kemarau, harga murah. Daerah penyebaran; semua perairan pantai Indonesia terutama Laut Jawa, bagian timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, Sulsel, Arafuru, ke utara sampai Teluk Benggala, Teluk Siarn, sepanjang Laut Cina Selatan, ke selatan hingga pantai utara Australia.

42. Ikan nomei , (Harpodon nehereus)
Ikan noei [sumber]

(Harpodontidae); hidup di dasar, lumpur, wilayah pantai muara-muara sungai dapat mencapai panjang 40 centimeter, biasanya 10-25 cm. Tergolong ikan demersal, ikan buas, makanannya hewan dasar, ikan-ikan kecil, penangkapan menggunakan trawl macam-rnacam pukat tepi, jermal, dipasarkan pada bentuk segar, kemarau tanpa garam, harga murah. Daerah penyebaran; terutama Laut Jawa, Sumatera, sepanjang Kalimantan, Sulsel, Laut Arafuru, Teluk Benggala. Sepanjang pantai Laut Cina Selatan.

43. Julung-julung , (Hemirhamphusfar)
Ikan julung - julung [sumber]

(Hemirhamphidae); hayati dalam kelompok besar , dilapisan permukaan, kadar garam tinggi, bisa mencapai panjang 45 cm, umumnya 30 centimeter. Tergolong ikan pelagis, lapisan atas, penangkapan menggunakan soma antoni, jala, soma giob, dipasarkan pada bentuk segar, asin-kemarau, asapan kering (fufu), harga sedang. Daerah penyebaran; terdapat di permukaan pantai, tanggal pantai terutama Indonesia Timur (Laut Flores, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda) & perairan yg berbatasan Samudera Indonesia.

44. Ikan layaran, (Istiophorus orientalis)
Ikan layaran [sumber]

(Istiophoridae); hidup pada perairan laut dalam, sering ada pada permukaan menggunakan layar (sirip punggung) yg dikembangkan, bisa mencapai panjang 300 centimeter. Termasuk ikan pelagis akbar, ikan buas, penangkapan menggunakan tonda, rawai tongkol (long line), dipasarkan dalam bentuk segar, harga relatif murah. Daerah penyebaran; Selat Bali, Selatan Jawa, Pelabuhan Ratu, Laut Flores, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Sawu, Barat Sumatera.

45. Setuhuk putih, (Makaira marlina)
Ikan setuhuk putih [sumber]

(Istiophondae); hidup menyendiri, tergolong ikan pelagis akbar, ikan buas, dapat mencapai panjang 400 m. Penangkapan menggunakan pancing tonda, rawai tongkol (long line), dipasarkan dalam bentuk segar, harga murah. Daerah. Penyebaran; daerah pantai, tanggal pantai, bahari dalam perairan Indonesia.

Jenis - jenis ikan irit laut lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air laut. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...

Teknologi Pendederan Ikan Patin Pasupati

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi

Ikan patin pasupati merupakan ikan hasil persilangan antara betina patin siam (Pangasianodon hypopthalmus) dengan jantan patin jambal (Pangasius jambal) hasil seleksi. Ikan patin ?Pasupati? Dirilis sebagai ikan budidaya unggul dalam Agustus tahun 2006, galat satu karakteristik berdasarkan ikan ini merupakan berdaging putih (KEPMEN Kep.25/MEN/2006).

Tujuan penerapan teknologi pendederan merupakan buat menghasilkan & menyediakan pasok benih baik kualitas maupun kuantitas & tahan terhadap perubahan lingkungan budidaya dan buat mempercepat peningkatan produksi dalam industrialisasi ikan patin

DEFINISI

Pasupati (Patin Super Harapan Pertiwi) merupakan ikan patin daging putih yg disukai konsumen. Ikan pasupati merupakan hybrid patin siam (daging kuning) & patin jambal (daging putih).

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Benih sebar ikan patin pasupati adalah output persilangan (hybrid) antara Induk Betina Patin Siam dan Induk Jantan Patin Jambal dengan rangkaian penciptaan teknologi menjadi berikut:

1. Pemeliharaan Larva/benih ikan patin Pasupati indoor (Pendederan 1)

Wadah pemeliharaan larva dapat berupa akuarium atau bak-bak fiber yang dilengkapi menggunakan aerasi buat menjaga ketersediaan oksigen terlarut. Air yang dipakai dapat dari dari air tanah atau air sungai yang sudah disaring. Penggunaan pemanas (heater) bisa dilakukan buat mempertahankan kestabilan suhu air pemeliharaan sebagai akibatnya tidak terjadi fluktuasi suhu yang tinggi. Penggunaan aerasi absolut diharapkan pada pemeliharaan larva ikan patin menjadi pensuplai oksigen terlarut dalam air. Aerasi dipasang pada setiap akuarium/bak pemeliharaan larva.

Penebaran larva wajib dilakukan secara hati-hati agar nir menimbulkan stress menggunakan cara memperhatikan kondisi air pemeliharaan. Penebaran yang optimal buat larva patin pasupati merupakan 50 ekor/liter. Pakan awal larva Patin berupa naupli artemia yg diberikan sesudah larva berumur 30 - 36 jam & diberikan selama lima hari. Nauplii Artemia diberikan setiap 2 jam pada hari pertama dan setiap 3 jam dalam hari ke 2 sampai hari kelima. Pada hari ke 5 mulai dilatih makan cacing sutera (Tubifek), Moina atau Daphnia. Pakan cacing sutera (Tubifek), Moina atau Daphnia diberikan selama 5-7 hari. Dengan frekuensi anugerah pakan setiap 3 jam sekali. Saat larva berumur 12 hari, pakan yang diberikan berupa pellet menggunakan kandungan protein kasar lebih kurang 38- 40%, ikan dalam setiap hari diberi pakan hingga kenyang (ad satiation). Frekuensi pemberian pakan minimal 5 kali per hari. Masa pemeliharaan larva selama 3 -4 minggu hingga berukuran 1 inci.

Penyiponan dilakukan setiap hari untuk membersihkan dasar wadah pemeliharaan. Pergantian air sebesar 30-50% dilakukan dalam hari ke tiga dengan air yg sinkron dengan kebutuhan hidup larva. Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu ikan dipuasakan untuk mengosongkan isi perut, sebagai akibatnya nir banyak kotoran yg dimuntahkan pada waktu pengangkutan. Lamanya pemuasaan diubahsuaikan menggunakan lamanya waktu tempuh dalam transportasi. Untuk saat tempuh 10 jam diperlukan pemuasaan minimal 24 jam. Pengangkutan benih dapat dilakukan dengan 2 cara:

a. Sistem terbuka Menggunakan drum plastik berkapasitas 200 liter. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut dipakai aerasi. Kapasitas angkut benih ikan patin adalah 100 g/ l air menggunakan lama ketika tempuh 10 jam, apabila lebih dari 10 jam perlu dilakukan penggantian air. Pengangkutan dengan sistem ini lebih cocok buat benih berukuran relatif akbar ( ? 1 inchi).

B. Sistem tertutup

Menggunakan kantong plastik yg diberi tambahan oksigen. Perbandingan oksigen dan air adalah dua : 1. Kapasitas angkut 50 g/l air buat ketika tempuh maksimum 10 jam. Pengangkutan dengan sistem ini lebih cocok buat benih berukuran mini (maksimum 1 inchi).

Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit dapat dilakukan menggunakan cara menerapkan biosecurity yg ketat dengan menjaga kebersihan wadah pemeliharaan, menjaga stabilitas suhu supaya tetap panas antara 28 - o 31oC, pakan terbebas menurut parasit dan fungi, dan menjaga syarat air agar permanen baik yang selalu bersih dari residu pakan. Target produksi menurut aktivitas pendederan 1 sebesar 120.000 benih ekor per siklus, dimana dalam 1 tahun produksi sebanyak 960.000 ekor ( 8 siklus pemijahan).

Kaji Terap

1. Pendederan l benih patin Pasupati secara indoor Kegiatan kaji terap teknologi pendederan I sudah dilakukan secara indoor di Balai Benih Ikan (BBI) Tanjung Putus Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ogan Ilir selama 28 hari. Pemeliharaan larva/benih dilakukan pada wadah akuarium volume 400 liter dan fiberglass bulat volume 750 liter. Setelah 28 hari pemeliharaan benih dipanen dengan rata-homogen panjang baku tiga,44?0,37 centimeter, panjang total 4,13?0,48 centimeter & bobot 0,72?0,24 gr. Jumlah benih yang dipanen sebesar 400.000 ekor (tingkat kelangsungan hidup 78,84 %).

2. Pendederan II benih ikan patin Pasupati secara outdoor pada kolam Dalam aktivitas pendederan ll ikan patin pasupati, aspek persiapan kolam sebelum penebaran benih ikan merupakan hal yang wajib diperhatikan, lantaran dapat berpengaruh terhadap output yg akan diperoleh pada saat panen. Persyaratan buat kolam pendederan ll antara lain berada di daerah bebas banjir & bahan pencemar, tanah dasar stabil, asal air mencukupi, nir terkotori dan tersedia sepanjang tahun, konstruksi kolam tanah atau tembok dengan pematang yg kuat, luas kolam 200-1.000 m (sesuai kebutuhan), kedalaman air kolam 60 - 100 cm. 2 Persyaratan kualitas air kolam pemeliharaan yang diharapkan diantaranya oksigen terlarut minimal 3 mg/l, pH berkisar antara 6,5 - 8,5, suhu berkisar antara 25-31 C, ammonia aporisma 0,02 mg/l, o dan nitrit aporisma 0,01 mg/l.

Persiapan kolam dilakukan sebelum penebaran benih, diawali dengan pengeringan, pencucian predator dan kompetitor menggunakan Saponin (20-40 ppm). Pengolahan kolam dan pengapuran (50100 g/m ), penebaran pupuk berupa kotoran ayam kemarau (250-500 g/m ) atau berupa kompos dua 2 (50-100 g/m ), urea (6 g/m ), TSP (3 g/m ) dengan cara ditebarkan pada kolam. Pengisian air kolam 2 2 2 minimal kedalaman 80 cm.

Penebaran benih dilakukan pada hari ke-7 setelah pemupukan yang mana kelimpahan plankton sudah relatif tinggi. Benih ditebar pada pagi atau sore hari menggunakan padat tebar 100 ekor/m2 . Sebelum benih ditebar dilakukan aklimatisasi dengan mencampur air sedikit-sedikit, hingga suhu air dalam wadah packing menggunakan wadah pemeliharaan nisbi sama. Atau benih ikan pada kantung plastik pengangkutan dibiarkan mengapung diatas air selama lima-10 mnt, lalu mencampur air sedikit-sedikit. Benih yang akan ditebar dibiarkan keluar sendiri dari kantong plastik wadah pengangkutan .

Pakan yg diberikan berupa pakan buatan jenis tenggelam, terapung juga kombinasi keduanya. Ukuran pakan yang diberikan diubahsuaikan dengan berukuran bukaan ekspresi ikan. Misalnya; untuk pakan karam berbentuk crumbel ukuran ? 1mm. Kadar protein kasar pakan yg diberikan mulai menurut 32% - 40%, dengan teknik pemberian pakan sebagai berikut:

? 10 hari pertama anugerah pakan menggunakan kadar protein kasar 40%, jumlah pakan yang diberikan 15% per biomas ikan per hari.

? 10 hari ke 2 pemberian pakan dengan kadar protein kasar 35-38% jumlah pakan yang diberikan 12,lima% per biomas ikan per hari

? 10 hari selanjutnya hingga menggunakan ukuran ikan siap ditebar untuk dibesarkan menggunakan kadar protein kasar 32%, jumlah pakan yang diberikan 10% per biomas ikan per hari. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang & sore hari)

Pada kegiatan pendederan ll, pemanenan dilakukan secara sedikit demi sedikit. Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu ikan dipuasakan buat mengosongkan isi perut. Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring sebagian benih dengan memakai jaring ered. Setelah dipanen, benih dipisahkan berdasarkan berukuran menggunakan grader. Benih yg mempunyai ukuran benih tebar (4 ? Lima inchi) dipisahkan & siap sebagai benih tebar buat dibesarkan.

Segala hal yg menyangkut aktivitas dari mulai persiapan hingga distribusi hasil panen wajib selalu dilakukan menggunakan tertib. Hal-hal yang perlu dicatat misalnya; waktu penebaran, bobot benih yang ditebar, jumlah penebaran, jumlah pakan, saat panen, jumlah hasil panen, harga benih, harga pakan dan harga produk akhir. Informasi ini bermanfaat buat pedomam pemugaran usaha budidaya berikutnya.

Target produksi menurut aktivitas pendederan ll sebanyak 90.000 benih ekor per daur, dimana pada 1 tahun produksi sebanyak 540.000 ekor ( 6 siklus pemijahan).

Tabel 1. Keragaan pertumbuhan benih patin pasupati yang dipelihara selama 40 hari output pendederan II Kegiatan kaji terap teknologi pendederan II dilakukan secara outdoor pada BBI Tanjung Putus Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ogan Ilir

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

Ikan patin pasupati adalah komoditas perikanan budidaya yang mempunyai potensi pasar ekspor yang bisa menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi kerakyatan. Teknologi pendederan I secara indoor adalah teknologi pendederan yang paling efektif lantaran kapasitas produksi dapat dilakukan secara maksimal , pengawasan dan pemeliharaan bisa dilakukan secara lebih intens, & proses pemanenan lebih gampang. Teknologi pendederan II secara outdoor memiliki keunggulan diantaranya perawatan benih lebih mudah, porto produksi lebih murah, penggunaan air lebih efisien, penggunaan pakan protesis dapat dikurangi, konversi pakan cenderung lebih rendah & pertumbuhan benih bisa lebih cepat

LOKASI PENELITIAN DAN WILAYAH REKOMENDASI

Wilayah pengembangan bisnis dalam rangka penerapan teknologi pendederan ikan patin pasupati adalah lokasi yang memiliki kriteria sebagai berikut:

 Parameter kualitas air yang optimal untuk pemeliharaan antara lain: suhu 28 -30 C, o kandungan oksigen terlarut >5 ppm, pH 6,5 – 8,5, amoniak (NH3) <0,2 mg/l dan nitrit (NO2) <0,01mg/l.

? Lokasi kegiatan pendederan relatif tidak jauh menggunakan kawasan kegiatan pembesaran. Wilayah pengembangan /penerapan teknologi yg diusulkan antara lain : Sumatera Selatan (Palembang, Ogan Ilir, Banyu Asin), Jawa Timur (Tulung Agung), Kalimantan Selatan (Banjar Baru). ?

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Ikan patin Pasupati berukuran benih tebar (4 ? Lima inchi) mengeluarkan lendir nisbi lebih poly dalam saat pemanenan yang menjadikan gampang stres sehingga dibutuhkan penanganan yang sangat hati ? Hati & tetap dalam syarat basah.

KELAYAKAN FINANSIAL

Dengan taraf komponen dalam negeri mencapai 90% (ekonomis), berikut dilampirkan analisa usaha yg terkait aktivitas produksi benih ikan patin pasupati:

Analisa Usaha Pemeliharaan Larva/benih ikan patin Pasupati secara indoor

Analisa Usaha Pendederan II benih ikan patin Pasupati secara outdoor pada kolam

Pemeliharaan Larva/benih ikan patin Pasupati secara indoor

Fasilitas pemeliharaan benih pada bentuk bak fiber bundar & akuarium

Pendederan II benih ikan patin Pasupati secara outdoor di kolam

Kolam pemeliharaan pendederan II - Benih ukuran ? - 1 inci

Gambar Kegiatan panen & penghitungan

Gambar Benih siap tebar berukuran 4 ? 5 inchi

Sumber:

Utami R., 2013. Teknologi Pendederan Ikan Patin Pasupati. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian & Pengembangan Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

#Tag :

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 7]

Jenis ikan air laut yang mempunyai hemat krusial pada perairan Indonesia sangatlah poly. Berikut merupakan beberapa jenis ikan air bahari yg mempunyai nilai irit krusial yang sudah dirangkum. Untuk melihat tulisan sebelumnya bisa dipandang dalam tautan dibawah artikel ini.

31. Teri, (Stolephorus commersonii)
Ikan teri [sumber]

(Clupeidae); hayati diperairan pantai, membangun gerombolan besar , pemakan plankton, bisa mencapai panjang 15 cm, biasanya 12 cm, sisik mudah terkelupas. Tergolong ikan pelagis mini , penangkapan dengan payang tepi, bagan, jermal, togo, pukat tepi, soma dampar, dipasarkan dalam bentuk segar, asin kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; masih ada diseluruh perairan pantai Indonesia, melebar ke utara sampai pantai Teluk Benggala, Philipinna dan ke selatan sampai Queensland (Auskalia), jua ke barat hingga pantai Afrika Timur.

32. Lemadang, (Coryphaena hippurus)
Ikan lemadang [sumber]

(Coryphaenidae); hidup diperairan lepas pantai. Wilayah pantai yg berbatasan laut terbuka. Dapat mencapai panjang 200 cm, umurnnya 70-100 centimeter. Tergolong ikan pelagis, ikan buas makanannya ikan, cumi-cumi, udang. Penangkapan menggunakan pancing tonda, purse seine, kadang-kadang masuk sero, dipasarkan dalam bentuk segar, asin kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; daerah pantai tanggal, pantai semua Indonesia, perairan Indo-Pasifik lainnya & meluas hingga perairan sub-tropis.

33. Ketang-ketang, (Drepane punctata)
Ikan ketang - ketang [sumber]

(Drepanidae); hayati diperairan dangkal. Karang-karang, dapat mencapai panjang 40 cm umumnya 25 centimeter. Tergolong ikan karang, ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, & invertebrata dasar, penangkapan terutama dengan pancing, bubu, trawl, dipasarkan pada bentuk segar, asin kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan karang semua Indonesia, ke utara mencakup Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan, Philipinna, ke selatan hingga pantai utara Australia, & ke barat hingga pantai Afrika Timur.

34. Bandeng lelaki, (Elops machnata)
Ikan bandeng lelaki [sumber]

(Elopsidae); hayati di perairan pantai, air payau. Bisa mencapai panjang 90 cm, biasanya 30-50 centimeter, tergolong ikan pelagis, ikan buas. Carnivor, pemakan ikan-ikan kecil, krustasea. Penangkapan dengan jaring insang, pancing tonda, purse seine, dipasarkan pada bentuk segar, asin kering, asin rebus, dagingnya lunak. Mengandung banyak duri-duri halus, harga. Sedang. Daerah penyebaran; terdapat hampir di semua pantai Indonesia terutama Jawa. Sumatera, Kalimantan, Sulsel, Araffiru, melebar ke utara sampai selatan perairan tropis Australia, ke barat hingga pantai Afrika Timur & ke timur hingga Kep. Hawai.

35. Bulan-bulan, (Megalops cyprinoides)
Ikan bulan - bulan [sumber]

(Elopsidae); hidup pada perairan pantai, muara sungai, air payau, kadang-kadang masuk air tawar, bisa mencapai panjang 55 centimeter, umumnya 25-30 centimeter, termasuk ikan pelagis. Penangkapan menggunakan jaring insang, trawl, purse seine, dipasarkan pada bentuk segar, asin kering, harga sedang. Daerah penyebaran; masih ada hampir diseluruh perairan pantai Indonesia terutama Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulsel, Arafuru, melebar ke utara dan ke selatan perairan tropis Australia, ke barat hingga pantai timur Afrika & ke timur Hawai.

Jenis - jenis ikan irit bahari lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air laut. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...

Culture Based Fisheries (CBF) Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus)

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan & Manfaat Penerapan Teknologi

Ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) merupakan ikan ekonomis penting pada perairan tawar yg bisa dijadikan komoditas pangan baik untuk keperluan domestik juga ekspor. Pulau Jawa mempunyai perairan waduk lebih kurang 90 % menurut luas total waduk pada Indonesia. Populasi ikan asli pada perairan waduk yg asal menurut sungai yang dibendungnya pada umumnya akan mengalami penurunan pada beberapa tahun sesudah waduk terbentuk lantaran ikan asli sungai pada tempat asli mengalir nir dapat beradaptasi menggunakan tempat asal baru yang berupa perairan tergenang (waduk). Salah satu jenis ikan asli yg hilang dari Waduk Gajahmungkur merupakan ikan patin jambal (Pangasius djambal) karena jalur ruaya ikan ini ke habitat pemijahannya terputus oleh pembendungan sungai Bengawan Solo. Oleh karena itu, peningkatan produksi ikan di waduk bisa dilakukan melalui penerapan teknologi Culture Based Fisheries (CBF) yang sempurna. Tujuan penerapan teknologi CBF ikan patin siam ini adalah buat menaikkan kualitas & kuantitas produksi ikan di suatu badan air menggunakan cara memanfaatkan sumber daya kuliner alami & daerah asal (niche ecology) yg masih kosong. Peningkatan kualitas & kuantitas produksi ikan ini akan berguna pada rangka mempertinggi p e n d a p a t a n d a n kesejahteraan warga nelayan & masyarakat selingkar di badan air

Gambar 1. Ikan Patin Siam tersebut.

Pengertian - Definisi Culture Based Fisheries (CBF) atau Perikanan Tangkap Berbasis Budidaya merupakan aktivitas perikanan tangkap dimana ikan hasil tangkapan berasal dari benih ikan hasil budidaya yang ditebarkan ke pada badan air, & benih ikan yang ditebarkan akan tumbuh dengan memanfaatkan kuliner alami yg tersedia. Penebaran benih ikan umumnya dilakukan secara rutin karena ikan hanya tumbuh dan tidak diperlukan berkembang biak. Oleh karena itu, ketersediaan benih ikan patin siam berdasarkan hasil pembenihan adalah galat satu kunci keberhasilan pada pengembangan CBF. CBF ikan patin siam pada Waduk Gajahmungkur memiliki ciri tersendiri karena ikan patin yg ditebarkan selain tumbuh pesat dengan memanfaatkan makanan alami juga dapat berkembang biak di muara Sungai Keduwang & Tirtomoyo yang masuk waduk lantaran menggantikan peran ikan patin jambal yang hilang.

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Persaratan Teknis Penerapan Teknologi CBF

(1) Badan air yg akan digunakan untuk penerapan CBF ikan patin siam harus mempunyai: kualitas air yg baik untuk kehidupan ikan patin; sumber daya makanan alami yang berupa plankton, benthos, detritus; potensi produksi ikan yang tinggi (minimal 200 kg/ha/th); volume air tersedia sepanjang tahun, kedalaman air ratarata minimal dua meter.

(dua) Benih ikan patin siam yang akan ditebarkan wajib memenuhi persyaratan menjadi berikut: kualitas & kuantitasnya memadai (karena ada pembenih yg menghasilkan benih patin menggunakan pertumbuhan lambat, jumlahnya tersedia buat penebaran menggunakan kepadatan antara 100-200 ekor/ha tergantung pada sumberdaya kuliner alami yg tersedia); bisa memanfaatkan sumber daya makanan alami yg tersedia; & nir bersifat invasif (nir berdampak negatif) terhadap jenis ikan orisinil.

(3) Pembenihan ikan patin siam tersedia menggunakan jeda tempuh yang relatif dekat dengan badan air yg akan ditebari & telah berproduksi secara reguler serta membuat benih dengan kualitas baik bebas berdasarkan hama & penyakit. Apabila pembenihan ikan patin belum tersedia maka perlu dibangun pada sekitar lokasi badan air yg akan ditebari.

(4) Hasil tangkapan ikan di badan air yang akan ditebari masih rendah jauh di bawah potensi produksi ikan lestarinya; alat tangkap yang digunakan (gill net) untuk menangkap ikan patin ukuran konsumsi (>500 gram) berukuran mata jaring > 3,5 inci.

(5) Kelompok nelayan menjadi unsur pengelola perikanan utama telah ada atau mudah dibuat; berperan aktif dalam aktivitas pengelolaan perikanan.

Uraian lengkap & rinci SOP

Tahapan yang wajib dilakukan pada penerapan teknologi CBF ikan Patin siam merupakan sebagai berikut:

(1) Identifikasi potensi kesesuaian badan air buat perkembangan ikan patin yg meliputi: luasan dan volume air dan kedalaman air; kualitas air; jenis & kelimpahan asal daya makanan alami; komposisi jenis ikan asli; perkiraan potensi produksi ikan.

(dua) Identifikasi Pembenihan Ikan Patin Siam yg mencakup: jumlah dan kualitas benih yang dihasilkan; waktu produksi; jeda tempuh ke badan air yg akan ditebari; dan wahana pendukung lainnya, misalnya: alat & cara pengemasan benih serta alat transportasinya. Jika pembenihan ikan patin siam belum tersedia & jeda tempuh ke lokasi badan aiar yg akan ditebari sangat jauh maka perlu dibangun pembenihan ikan patin pada kurang lebih lokasi badan air tadi.

(tiga) Identifikasi kegiatan perikanan yang meliputi: jumlah nelayan; jenis dan jumlah indera tangkap, jenis, komposisi & jumlah output tangkapan ikan.

(4) Identifikasi porto yg dibutuhkan buat aktivitas penebaran ikan patin & peluang keberhasilannya.

(5) Identifikasi kelembagaan pada mayarakat kurang lebih badan air: jumlah atau ketersediaan kelompok nelayan; grup pengawas; grup usaha perikanan lainnya. Apabila kelompok belum terbentuk perlu diidentifikasi peluang keberhasilan pembentukkannya.

(6) Perencanaan pengembangan pengelolaan perikanan secara beserta (komanajemen). Pemerintah cq Dinas Perikanan setempat berperan menjadi fasilitator & regulator sedangkan grup nelayan berperan sebagai pelaksana pengelolaan perikanan di badan air yang bersangkutan.

(7) Monitoring & evaluasi. Kegiatan monitoring dilakukan dalam perencanaan, selama & setelah penerapan teknologi CBF ikan patin, & dari hasil monitoring dilakukan penilaian buat mengkaji keberhasilan ataupun kegagalan penerapan teknologinya. Monitoring hasil tangkapan dilakukan sang grup nelayan sedangkan evaluasinya dilakukan bersama antara pemerintah menggunakan kelompok pengelola perikanan, khususnya kelompok nelayan.

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

Teknologi CBF ikan patin siam merupakan teknologi yang baru diterapkan di beberapa perairan waduk (Waduk Ir. H. Djuanda pada Jawa Barat, Waduk Gajahmungkur & Malahayu di Jawa Tengah) di Pulau Jawa dengan sahih, menurut dalam hasil kajian ilmiah yg memadai dari tahun 1999. Pada prinsipnya penerapan CBF pada waduk tadi berdasarkan dalam hasil penelitian tentang

Gambar dua. Penebaran Benih Ikan Patin Siam bio-ekologi sumberdaya ikan yang mencakup relung kuliner, kondisi daerah asal/lingkungan, kesuburan perairan dan trophik level sumberdaya ikan dan aspek perikanan.

Dari output penelitian ini akan didapatkan jenis ikan yg sesuai & jumlah benih optimum yang harus ditebar serta ikan tadi nir akan berdampak negatif terhadap jenis ikan asli. Jenis ikan yang sesuai buat diintroduksikan adalah ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus). Teknologi ini apabila diterapkan pada badan air lain perlu dimodifikasi terlebih dahulu diadaptasi menggunakan persyaratan teknis yang telah diuraikan pada bab terdahulu. Kegiatan penebaran benih ikan di perairan waduk Indonesia telah lama dilakukan, dalam umumnya sama tuanya dengan sehabis pembangunan waduk tadi. Namun hasil yang diperoleh dari kegiatan tadi umumnya masih sangat minim. Penerapan teknologi CBF ikan patin siam merupakan teknologi yang unggul menggunakan alasan sebagai berikut: (1) sangat efisien, karena ikan patin tumbuh hanya menggunakan memanfaatkan kuliner alami yang tersedia & residu pakan yg terbuang berdasarkan budidaya ikan dalam KJA; (dua) ekonomis: lantaran pendapatan nelayan semakin tinggi dengan harga jual ikan patin lebih tinggi bila dibandingkan menggunakan jenis ikan lainnya; mudah dipasarkan lantaran pembeli (pedagang pengecer) tiba sendiri ke tempat pelelangan ikan; & ikan patin menjadi komoditas unggulan rakyat nelayan setempat; (3) layak: teknologi CBF layak buat dikembangkan di perairan waduk menggunakan ciri yg homogen.

Praktis diterapkan dalam sistem usaha kelautan & perikanan Teknologi CBF sangat mudah diterapkan sang warga yang tinggal pada kurang lebih waduk (badan air) lantaran sangat sederhana dan mudah. Masyarakat nelayan menjadi ujung tombak pelaksana pengelolaan relatif diarahkan buat memahami persyaratan teknis pengembangan CBF & bagaimana melakukan pengelolaan & monitoring serta evaluasinya. Keberlanjutan pengelolaan asal daya ikan akan berhasil jika rakyat nelayan sudah menciptakan kelompok sebagai akibatnya semua peraturan yg dibentuk dapat dipatuhi dan dilaksanakan.

Ramah lingkungan

Teknologi CBF sangat ramah lingkungan lantaran ikan yang ditebarkan hanya tumbuh menggunakan memanfaatkan kesuburan perairan, nir terdapat makanan tambahan menurut luar yg berpotensi menyuburkan perairan, ikan patin nir bersifat invasif terhadap ikan asli. Ikan patin jua ikut beriur dalam memanfaatkan residu kuliner dari budidaya KJA yg apabila tidak dimakan ikan patin berpotensi terhadap penurunan kualitas air waduk.

Gambar tiga. Tagging Benih Ikan Patin Siam

Gambar 4. Pertumbuhan Ikan Patin Siam

Gambar 5. Jenis kuliner Ikan Patin Siam

Gambar 6. Penjualan Hasil Tangkapan Patin Siam

Gambar 7. Produksi Tangkapan Ikan Patin Siam W A K T U D A N L O K A S I PENELITIAN, DAERAH YANG DIREKOMENDASIKAN

Penelitian terhadap CBF ikan patin siam telah dilaksanakan di Waduk Ir. H. Djuanda (2000 ? 2002), Gajah Mungkur (1999 ? 2003) dan Malahayu (2009 ? 2010). Pada ketiga waduk tersebut ikan patin siam yg ditebar menunjukkan pertumbuhan yg positif serta menaruh peningkatan pendapatan mata pencaharian nelayan waduk. Keberhasilan lebih CBF ikan patin siam terjadi pada Waduk Gajah Mungkur, dimana patin siam tadi bisa memijah dengan baik.

Pada tahun 2010 dilaksanakan IPTEKMAS CBF ikan patin siam di Waduk Gajah Mungkur & Malahayu d e n g a n t u j u a n m e m b e r i k a n pendampingan sekaligus diseminasi IPTEK pengelolaan dan konservasi sumberdaya ikan, dan penguatan kapasitas kelembagaan. Perairan waduk terutama di Pulau Jawa dan perairan embung (waduk kecil) yang poly beredar di Nusa Tenggara dan Sulawesi yg jumlahnya mencapai lebih menurut 800 butir dan hingga saat ini adalah lahan sub optimal yg belum dimanfaatkan untuk perikanan. Teknologi CBF ini nir direkomendasikan diterapkan pada perairan danau atau waduk yg memiliki keanekaragaman jenis ikan orisinil yg tinggi & masih ada jenis ikan endemik & atau ikan langka yang perlu dilindungi.

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Penerapan teknologi CBF ikan patin siam bisa berdampak negatif terhadap penurunan keanekaragaman ikan orisinil jika ikan yg ditebarkan berkompetisi menggunakan ikan orisinil. Apalagi bila di Pada prinsipnya, penerapan teknologi CBF dapat dilakukan pada perairan waduk dan danau di Indonesia. Tetapi demikian, agar resiko impak negatif menurut ikan yang ditebarkan terhadap jenis ikan asli nir terjadi, maka p e n e r a p a n t e k n o l o g i C B F direkomendasikan buat dilakukan di

Gambar 8 Peta Zonasi Perikanan pada W. Gajahmungkur

Gambar 9 Suaka Induk Patin Siam pada Kawasan KJA

TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI badan air yg bersangkutan masih ada jenis ikan endemik atau jenis ikan langka yg perlu dilindungi dan dilestarikan.

KELAYAKAN FI NAN S IAL DAN ANALISA USAHA

Contoh kelayakan financial dan analisis bisnis CBF ikan patin siam pada Waduk Gajahmungkur adalah sebagai berikut. Jumlah benih ikan patin siam yg ditebarkan sejak tahun 1999-2002 merupakan 30.000 ekor. Harga benih pada waktu itu adalah 200 rupiah per ekor, sehingga total porto yg diharapkan untuk pengadaan benih hanya 6.000.000 rupiah. Ikan patin tumbuh dengan memanfaatkan kuliner alami (plankton, detritus, moluska) berkisar antara 8,7-13,1 gr per hari. Pada tahun 2004, hasil tangkapan ikan patin siam mencapai 112.215 kg atau setara dengan 785,5 juta rupiah. Hasil tangkapan ikan patin siam terus meningkat & dalam tahun 2009 mencapai 191.210 kg atau senilai dua,1 milyar rupiah (harga homogen-homogen patin 11.000 rupiah/kg) dimana output tangkapan patin menempati urutan ke dua dari total hasil tangkapan ikan di perairan waduk tersebut.

Ikan patin siam yang digunakan dalam penerapan teknologi ini semula didatangkan dari Thailand dalam tahun 1972 sebagai kandidat komoditas budidaya. Dewasa ini, pembenihan ikan patin siam di Indonesia telah berkembang baik sehingga benihnya gampang didapat & benih patin siam yg dipakai dalam ketika penebaran di Waduk Gajahmungkur, Ir. H. Djuanda & Malahayu merupakan hasil pembenihan rakyat di Sukamandi. Oleh karena itu, semua komponen yg digunakan pada penerapan teknologi CBF ini adalah komponen dalam negeri.

Sumber:

Kartamihardja E. S., dkk. 2013. Culture Based Fisheries (CBF) Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus). Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

#Tag :

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 10]

Jenis ikan air laut yg mempunyai irit krusial pada perairan Indonesia sangatlah poly. Berikut merupakan beberapa jenis ikan air laut yg memiliki nilai hemat penting yg telah dirangkum. Untuk melihat goresan pena sebelumnya dapat dipandang dalam tautan dibawah artikel ini.

46. Setuhuk hitam, (Makaira mazara)
Ikan setuhuk hitam [sumber]

(Istiophoridae); hayati di perairan lepas pantai, daerah pantai yg berbatasan laut terbuka, kadar garam tinggi, dapat mencapai panjang hingga 400 m. Tergolong ikan pelagis akbar, ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil cumicumi. Penangkapan dengan pancing tonda, rawai tongkol (long line), dipasarkan pada bentuk segar, harga murah. Daerah penyebaran; wilayah pantai, tanggal pantai, laut pada perairan Indonesia dan daerah Indo-Pasifik lainnya.

47. Setuhuk loreng, (Makaira mitsukurii)
Ikan setuhuk loreng [sumber]

(Istiophoridae); hidup pada perairan lepas pantai, dekat pantai yang berbatasan bahari terbuka. Tergolong ikan pelagis akbar, ikan buas, karnivor, dapat mencapai panjang 400 centimeter, penangkapan menggunakan rawai tongkol, tonda, dipasarkan dalam bentuk segar. Daerah penyebaran; perairan tanggal pantai Indonesia terutama Selat Sunda, Barat Sumatera, Selatan Jawa, Selat Makassar, Laut Flores, Laut Banda, Laut Maluku, Laut Sulawesi, Laut Sawu, Selat Bali.

48. Kasih madu, (Kurtus indicus)
Ikan kasih madu [sumber]

(Kurtidae); hidup pada muara-muara sungai, perairan pantai, membangun grup besar , dapat mencapai panjang 15 centimeter, tergolong ikan pelagis cenderung didasar. Penangkapan menggunakan macam-macam pukat tepi, togo, jermal, trawl, cantrang dan sejenisnya, dipasarkan dalam bentu kering tanpa garam, segar, harga agak mahal. Daerah penyebaran ; terutama pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, sepanjang pantai Kalimantan, Sulsel, Arafuru

49. Kakap lodi, (Kyphosus lembus)
Ikan kakap lodi [sumber]

(Kyphosidae); hidup di perairan dangkal, karang-karang, bisa mencapai panjang 35 cm. Termasuk ikan pelagis, karang, pemakan tumbuh-tanaman (herbivor), makanannya ganggang-ganggang yg menempel di karang-karang, penangkapan dengan bubu, jaring karang, jaring klotok, muroami, kadang-kadang masuk trawl, dipasarkan pada bentuk segar, asin kemarau, harga sedang.

50. Ikan lemah, (Lactarius lactarius)
Ikan lemah [sumber]

(Lactaridae); hayati di perairan pantai berdasar lumpur, bisa mencapai panjang 40 centimeter, umumnya 15-30 cm. Tergolong ikan demersal, ikan buas, makanannya binatang-binatang dasar, penangkapan menggunakan trawl jaring dasar, macam-macam pukat tepi, sero, jermal, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-rebus, asin-kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; terutama Laut Jawa, bagian timur Sumatera, sepanjang Kalimantan, Sulsel, Arafuru, ke utara meliputi Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna, ke selatan sepanjang pantai utara Australia.

Jenis - jenis ikan hemat bahari lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air bahari. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...

Peningkatan Produksi Udang Windu di Tambak Tradisional Plus dengan Aplikasi Probiotik RICA

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi

Teknologi pelaksanaan probiotik RICA ditujukan buat pencegahan penyakit udang windu melalui perbaikan kualitas air, sebagai akibatnya dibutuhkan bermanfaat dalam peningkatan sintasan dan produksi udang windu di tambak. Aplikasi probiotik RICA secara nasional diperlukan dapat mendukung program peningkatan produksi udang windu secara ramah lingkungan sebesar 30% menurut kondisi kini .

Pengertian/definisi

Yang dimaksud dengan Probiotik RICA (Gambar 1) adalah bakteri yg mempunyai peranan positif (bermanfaat) pada memperbaiki kualitas air, dihasilkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros (singkatan bahasa Inggrisnya disebut RICA = Research Institute for Coastal Aquaculture), sehingga sintasan & produksi udang windu di tambak dapat ditingkatkan. Selanjutnya bakteri probiotik RICA tersebut diproduksi massal sang KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) Mina Lestari

Gambar 1. Bakteri probiotik RICA-1, RICA-dua, danRICA-tiga produksi BRPBAP Maros.

Rincian & Aplikasi Teknis

Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi

Mengingat bahwa teknologi pelaksanaan probiotik RICA hanya adalah galat satu dari serangkaian teknologi budidaya udang windu di tambak, maka keberhasilan penerapan teknologi ini sangat tergantung dalam segala aspek budidaya yang lainnya semenjak pemilihan lokasi tambak, persiapan tambak, pemberantasan hama, pengapuran (dasar tambak dan kapur susulan), pemupukan (dasar & susulan), pengisian air tambak, aklimatisasi benur, anugerah pakan (bila ada), pengelolaan kualitas air, & pemantauan pertumbuhan udang.

Uraian lengkap tentang SOP Aplikasi Probiotik RICA

a. Rincian Teknologi

Hingga sekarang masih poly pembudidaya udang tradisional yg melakukan usahanya hanya dari ?Feeling? Saja. Persiapan tambak & berbagai cara pengelolaan tambak hanya dilakukan seadanya. Kalaupun mereka melakukan perubahan, maka mereka hanya mengikuti apa yg dilakukan sang pembudidaya udang di sekitarnya yg syarat tambaknya belum tentu sama, sehingga tak jarang diperoleh output berbeda. Oleh karena itu teknologi budidaya udang windu perlu diperbaiki semenjak persiapan tambak, pengisian air tambak, penebaran benur, dan cara pengelolaannya.

Selain itu, selama ini juga telah banyak produk bakteri probiotik komersial pada pasaran, baik produk lokal maupun import. Namun demikian rakyat pembudidaya udang masih poly yang kurang memahami tentang cara penggunaannya, baik cara kulturnya, penyimpanannya maupun cara aplikasinya. Bakteri probiotik merupakan organisme hidup yg jumlahnya akan mengalami penurunan dengan semakin lamanya disimpan. Jadi suatu produk probiotik komersial yg cara pemakaiannya tanpa dilakukan kultur terlebih dahulu, cenderung akan tidak efektif untuk pencegahan penyakit udang. Hal ini lantaran pada awal pembuatan probiotik pada bentuk cair dapat mencapai kepadatan bakteri hingga 1011 ? 1012 CFU/mL, sedangkan dalam bentuk padat (bubuk) umumnya hanya mencapai kepadatan bakteri kurang lebih 109 CFU/g. Produk probiotik komersial tadi akan mengalami penurunan kepadatan bakteri sampai tinggal 103 ? 106 CFU/mL (CFU/g) selesainya disimpan lebih berdasarkan tiga bulan. Oleh karena itu penggunaan probiotik RICA harus dikultur/difermentasi tiga-4 hari terlebih dahulu agar kepadatannya semakin tinggi hingga 1011 CFU/mL. Dengan demikian bakteri tadi dapat berfungsi lebih baik pada memperbaiki kualitas air (menurunkan kandungan bahan-bahan beracun pada tambak, misalnya bahan organik total, amoniak, nitrit, & hidrogen sulfida), menekan perkembangbiakan organisme patogen terutama bakteri Vibrio harveyi, sebagai akibatnya dapat meningkatkan sintasan & produksi udang windu pada tambak.

B. Cara Penerapan Teknologi

Pemilihan Lokasi Tambak

Kematian udang di sekitar caren tambak pada awal isu terkini penghujan diduga ditimbulkan sang jenis tanah tambak yang tergolong tanah sulfat masam (TSM). Hal ini poly terjadi di daerah pertambakan yg dibangun dari bekas lahan mangrove (terutama nipah) misalnya pada Aceh, Lampung Timur, Sulawesi Selatan bagian Timur, pula di daerah Kalimantan. Pada pematang tambak TSM umumnya dijumpai adanya bagian tanah yg berwarna kuning (jarosit). Bila tanah ini tersiram air hujan, maka air yg turun ke tambak bersifat sangat masam, lantaran mengandung H2SO4 (senyawa asam pekat yg digunakan buat air aki). Senyawa inilah yang menyebabkan sebagian kulit dan daging udang terkelupas & akhirnya mati.

Tambak TSM usahakan direklamasi (pengeringan, perendaman, & pembilasan tanah dasar tambak) terlebih dahulu selama persiapan tambak & bila memungkinkan pematang tambak ditanami rumput yg mampu menunda peluruhan jarosit ke dalam tambak. Pengapuran menggunakan dolomit di sekeliling pematang menjelang hujan deras terbukti cukup berguna mengurangi kematian udang di tambak. Oleh karenanya, agar pelaksanaan probiotik RICA lebih efektif sebaiknya dilakukan di wilayah pertambakan yang nir tergolong tanah sulfat masam (TSM), yaitu pada pertambakan menggunakan pH tanah dasar tambak normal (6,lima-7,0).

Persiapan Tambak Udang Windu

Persiapan tambak mencakup penambalan bocoran tambak, keduk teplok (pengangkatan lumpur hitam dari dasar tambak ke atas pematang tambak), pemberantasan hama, pengeringan tambak, pengapuran & pemupukan dasar tambak, dan pengisian air tambak.

Penambalan bocoran tambak selain dibutuhkan buat mencegah habisnya air pada tambak, juga mencegah masukya predator (pemangsa udang) dan kontaminan aneka macam penyakit (vibriosis sang bakteri Vibrio harveyi & bintik putih sang white spot syndrome virus). Keduk teplok dimaksudkan buat membuang lumpur hitam yang berbau busuk (mengandung hidrogen sulfida) yg umumnya dilakukan dalam ketika tambak masih berair lebih kurang 10 centimeter (macak-macak) buat memudahkan pengangkatan lumpur.

Pemberantasan hama dilakukan dengan memakai saponin 15-30 ppm (15-30 kg saponin per hektar tambak dengan kedalaman air kurang lebih 10 cm) & kaporit dua-tiga ppm (dua-3 kg kaporit per hektar tambak menggunakan kedalaman air lebih kurang 10 cm). Pada salinitas tinggi (di atas 25 ppt) penggunaan saponin relatif 15-20 ppm, tetapi dalam salinitas air tambak pada bawah lima ppt diperlukan saponin hingga 30 ppm. Pemberantasan hama dimaksudkan buat membunuh ikan- ikan liar (mujahir, gabus, ketua timah, bocci-bocci & lain-lain) & krustase liar (udang, kepiting, jembret, & sejenisnya). Setelah empat hari, air dibuang, kemudian tanah dasar tambak dibajak & dikeringkan secara paripurna hingga retak-retak agar limbah organik pada dasar tambak teroksidasi sempurna. Apabila masih dijumpai adanya ikan-ikan liar pada bagian cekungan air, pemberantasan hama diulangi di bagian tersebut. Kemudian pengapuran dilakukan menggunakan memakai kapur bakar (CaO, yaitu kapur yg apabila direndam air akan mengeluarkan gelembung panas seperti air mendidih). Jumlah kapur bakar yg digunakan tergantung pada syarat kemasaman tanah dasar tambak tadi. Makin masam tanah dasar tambak, maka diharapkan kapur bakar yang lebih poly. Secara generik dibutuhkan kapur bakar antara 1-5 ton per hektar tambak buat meningkatkan kecepatan proses oksidasi bahan organik & peningkatan pH tanah dasar tambak. Setelah dilakukan pengapuran, sebaiknya dilakukan pengecekan pH & redoks potensial tanah dasar tersebut. Menurut Poernomo (2004), redoks potensial tanah dasar tambak dalam waktu kemarau sebaiknya minimal 50 mv. Namun dalam kenyataannya hal ini tak jarang sulit diperoleh di lapangan. Apabila pH tanah dan redoks potensialnya masih rendah, maka, pengapuran perlu dilakukan balik menggunakan kapur bakar sampai pH tanah meningkat.

Setelah 1-2 minggu pengeringan dan tanah terlihat retak-retak, lalu pemupukan tambak sinkron kebutuhan. Untuk tambak tradisional plus, memerlukan pupuk organik, urea, & SP-36 (super fosfat) tergantung kondisi tanah & demam isu penebaran. Umumnya tambak udang tradisional plus memerlukan pupuk organik 200-400 kg/ha, urea 50-100 kg/ha, dan SP-36 50100 kg/ha menjadi pupuk dasar. Namun pemakaian seminimal mungkin lebih disarankan. Pada animo hujan penggunaan urea bisa dikurangi lantaran adanya masukan nitrogen berdasarkan air hujan. Tambak yg relatif dekat dengan bahari umumnya memerlukan urea lebih poly dan SP-36 lebih sedikit daripada tambak yang jauh dari bahari. Pemupukan dasar dengan SP-36 tidak diharapkan pada tambak TSM yg merupakan tanah gambut, lantaran fosfatnya akan terikat sang asam humus dari tanah, sebagai akibatnya sulit terlepas ke air. Pada tambak TSM pemupukan susulan yg sedikit-sedikit dilakukan (dua-5 kg/minggu) lebih baik daripada penggunaannya sebagai pupuk dasar. Secara umum, dalam kondisi tanah normal (tanah mineral) diperlukan pupuk dasar urea sebesar 20-50 kg/ha dan SP-36 sebesar 20-50 kg/ha. Sedangkan pemupukan susulan sebaiknya dilakukan sebulan setelah penebaran benur, yaitu lebih kurang 10% berdasarkan jumlah pupuk dasarnya (masing-masing 2-5 kg/ha/mg), tergantung syarat & warna airnya.

Tambak kemudian diisi air higienis (air yang sudah ditandon terlebih dahulu ataupun air saluran yg nisbi baru) langsung penuh (misal satu meter atau sampai ketinggian maksimal yg sanggup dicapai). Pada pengisian air tambak udang nir boleh dilakukan secara sedikit demi sedikit 10 centimeter setiap hari sebagaimana dilakukan pada tambak ikan bandeng, karena bandeng perlu klekap sebagai makanannya. Tumbuhnya klekap pada tambak udang, merupakan masalah bagi udang yg dipelihara. Klekap akan terapung & akhirnya mangkat , membusuk pada dasar tambak, sebagai akibatnya sebagai galat satu pemicu stres bagi udang windu. Secara umum tambak udang windu memerlukan air yang lebih dalam dibanding tambak bandeng, lantaran udang lebih menyukai plankton dari pada klekap.

Apabila memiliki petak tandon yang dilengkapi dengan biofilter, sebaiknya air baru berdasarkan saluran air (12 jam setelah air pasang) disimpan pada tandon terlebih dahulu kurang lebih tiga-4 hari sebelum dimasukkan ke dalam petakan tambak. Air yg ditandon 3-4 hari tadi bisa menurunkan jumlah bakteri patogen yang terdapat, dan bisa mengurangi peluang virus WSSV mendapatkan inangnya. Dengan demikian air yg telah ditandon ini nisbi lebih kondusif berdasarkan dalam air pribadi (tidak ditandon). Kualitas air yg terbaik (optimum) bagi udang windu di tambak tradisional plus bisa dipandang pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kualitas air optimum bagi pertumbuhan udang windu (Atmomarsono, 2004)

Aklimatisasi & penebaran benur / tokolan

Tiga sampai empat hari sebelum benur windu diambil menurut hatchery, pengambilan model benur dilakukan menggunakan cara diawetkan dalam larutan alkohol 70% sebelum dicek dengan ?Polymerase Chain Reaction? (PCR) buat pengujian WSSV pada laboratorium. Sebelum benur windu ditebar pada tambak, terlebih dahulu ditokolkan atau dibantut (ditokolkan) selama 2-6 minggu di loka yg nisbi higienis (tidak tercemar oleh organisme patogen). Benur yg sudah dibantut akan mempunyai vitalitas lebih tinggi, dan masa pemeliharaannya pada tambak lebih singkat (dua-tiga bulan). Tokolan udang windu sangat dibutuhkan khususnya pada tambak TSM, karena tingginya kandungan besi & aluminium yang memungkinkan sebagai pemicu stres dalam udang. Waktu pemeliharaan udang pada tambak TSM wajib diusahakan lebih singkat supaya terhindar dari agresi penyakit yang umumnya terjadi dalam umur antara 40-70 hari. Agar udang cepat mencapai berukuran konsumsi, maka padat penebaran pada tambak TSM jua wajib diadaptasi menggunakan syarat tanahnya, misalnya hanya 0,lima-1 ekor/m . Sedangkan pada tambak tanah mineral (nir masam) bisa ditebari 2 hingga 4 ekor/m . Secara umum padat penebaran benur/tokolan udang windu pada pertambakan dua Sulsel hanya 1-dua ekor/m , sedangkan pada pantura Jawa mampu mencapai 2-4 ekor/m .Dua 2 Benur ataupun tokolan udang windu sebelum ditebar wajib diaklimatisasi terhadap suhu & salinitas air. Penebaran benur atau tokolan dapat dilakukan jika air dalam petakan tambak telah dipersiapkan minimal 2 minggu sebelumnya. Hal ini dibutuhkan agar fitoplankton sudah tumbuh menggunakan stabil yg ditandai menggunakan rona air hijau agak coklat & kecerahan air lebih kurang 30-40 %. Apabila kedalaman air tambak merupakan satu meter, maka sebaiknya kecerahan air 30-40 cm, bila kedalaman air sekitar 60 centimeter, maka kecerahan air 18-24 centimeter. Secara generik buat pemeliharaan udang, makin dalam airnya makin indah, karena udang lebih menyukai plankton yang poly terdapat di kolom air dari dalam klekap pada dasar tambak. Berbagai jenis pestisida (Thiodan, Trithion, Aquadyne, Brestan dan sebagainya) tidak boleh (DILARANG) dipakai lagi buat pemberantasan hama pada tambak, lantaran mengakibatkan air terlalu jernih (nilai kecerahan hampir sama dengan kedalaman). Hal ini dimungkinkan lantaran fitoplankton kurang bisa tumbuh sebagai dampak kurangnya unsur hara nitrogen (N) & fosfor (P) dalam kolom air yang sebagian akbar terikat pada tanah oleh impak pestisida yg digunakan. Pada kondisi demikian udang akan gampang mengalami stress, sehingga mudah terserang penyakit.

Pengelolaan Pakan

Pada dasarnya pakan protesis yang diberikan ke udang windu yang dipelihara dalam sistem budidaya udang tradisional plus (ekstensif plus) hanya bersifat tambahan saja, lantaran udang diperlukan makan plankton yang ada pada tambak (fitoplankton & zooplankton). Di tambak tersebut, pakan berupa pellet biasanya diberikan satu bulan menjelang udang dipanen. Namun di tambak dengan sistem semi-intensif & intensif, pakan protesis berupa pelet yg bermutu mutlak dibutuhkan.

Mutu, ukuran, & jumlah pakan harus diadaptasi dengan umur udang. Pada umur belia, udang memerlukan pakan dengan kandungan protein yang tinggi. Jumlah pakan yg diberikan setiap harinya harus diadaptasi menggunakan pertumbuhan dan kondisi udang pada waktu sampling. Jika dalam ketika sampling poly didapat udang yg ?Molting? (ganti kulit), maka usahakan jumlah pakannya dikurangi. Hal ini mengingat, bahwa udang yg molting akan istirahat makan lebih kurang 24-48 jam. Jadi jikalau pakannya justru ditambah, maka kelebihannya menjadi limbah organik yg dapat memicu perkembangbiakan bakteri V. Harveyi dan WSSV yg dapat membahayakan udang windu di tambak. Sebaiknya jangan memakai pakan segar berdasarkan kelompok krustase misalnya kepiting, kepala udang & sebagainya, karena ini bisa menjadi ?Carrier? (pembawa) penyakit WSSV. Pakan yg berupa pellet wajib disimpan pada loka yg kemarau & sejuk, serta dialas papan agar tidak mudah berjamur. Pemberian pakan (pellet) di tambak tradisional plus sanggup dimulai pada minggu ke enam selesainya penebaran tokolan udang windu, yaitu sekitar 1 kg/hr yang ditebar merata ke sekeliling tambak. Setelah 7 hari, jumlah pakan dinaikkan sebagai 1,2 kg/hr selama 7 hari, kemudian 1,lima kg/hr selama 7 hari. Demikian seterusnya dilakukan sedikit penambahan pakan setiap minggunya. Jumlah pemberian pakan lebih kurang 1-tiga% bobot biomass/hari. Diharapkan FCR (feed convertion ratio = rasio konversi pakan) di tambak udang windu tradisional plus adalah kurang berdasarkan satu.

Pengelolaan Air

Satu hal perlu dicatat, bahwa sebaiknya hanya mengubah air tambak apabila dibutuhkan saja, ialah lakukan sesedikit mungkin, karena makin banyak dilakukan penggantian air memungkinkan terjadinya udang tertekan. Perubahan rona air tambak usahakan diamati setiap saat. Warna air yg berubah-ubah setiap saat, misal pagi kuning, siang hijau, dan sore sebagai biru, adalah indikator bahwa air tambak tadi mempunyai alkalinitas total yg rendah (pada bawah 80 mg CaCO3 equivalen/L) (Atmomarsono, 2004). Akibatnya dapat terjadi goncangan pH air harian yang melebihi 0,lima (misal 7,5 hingga 9,5). Apabila hal ini terjadi, maka udang akan mudah mengalami tertekan. Oleh karenanya harus dilakukan aplikasi kapur dolomit di tambak tadi. Warna air yang dianggap mengagumkan buat budidaya udang windu adalah hijau kecoklatan. Secara generik kapur dolomit bisa diaplikasikan secara rutin 3-5 ppm per minggu (lebih kurang 30-50 kg/ha tambak menggunakan kedalaman air satu meter) buat mencegah terjadinya goncangan pH dalam animo penghujan. Hal ini sangat dibutuhkan terutama di areal pertambakan yg masih masam (tanah TSM). Untuk mempertahankan rona air tersebut bisa dilakukan dengan cara pemupukan susulan urea dan SP-36 sekitar 0,1 ? 1 ppm (tergantung rona airnya) serta aplikasi bakteri probiotik tertentu. Untuk rona air tambak yg cenderung hijau belia kekuningan, dibutuhkan pupuk susulan SP-36 lebih banyak menurut pada ureanya. Sebaliknya bila warna air cenderung coklat kemerahan, maka dibutuhkan pupuk susulan urea lebih poly menurut pada SP-36.

Aplikasi Bakteri Probiotik RICA

Peralatan ?Aerator ?Double power? (AC/DC, tetap hayati walaupun mati listrik) satu unit yg dilengkapi menggunakan slang aerasi, pengatur gas, dan batu aerasi. ? Ember besar bertutup buat wadah kultur bakteri probiotik, volume ember tergantung jumlah bakteri yg dibutuhkan, misal 20, 40, atau 50 L. ? Ember dengan volume 10-15 L buat menebar bakteri probiotik ke tambak. ? Jerigen steril buat membawa bakteri probiotik hasil kultur. ? Corong plastik buat memasukkan bakteri probiotik ke dalam jerigen. ? Gayung air buat memasukkan bakteri ke dalam jerigen plastik dan buat menebar bakteri ke tambak. ? Timbangan 1-5 kg, buat menimbang dedak, tepung ikan, yeast (ragi roti), & molase. ? Takaran atau literan, buat menakar volume air tambak & volume molase yang diperlukan (molase ditimbang & diukur volumenya dalam awal pengukuran saja, selanjutnya ditandai menggunakan supidol agar lain kali nir perlu ditimbang lagi). ? Spidol permanen untuk penanda pada dosis yang digunakan. ? Kompor gas lengkap dengan tabung gas, slang, dan regulatornya. ? Panci stainless volume 50 L buat mengolah adonan bahan. ? Pengaduk menurut kayu buat mengaduk bahan-bahan yang dimasak. ? Beberapa ember menggunakan tutup dan stoples plastik buat menyimpan tepung & bahan-bahan lainnya.

Bahan-bahan ? Bakteri probiotik RICA, yaitu isolat BT951, MY1112, dan BL542 dalam media Nutrient Broth (200 mL per 20 L air tambak). ?Tepung ikan (400 g per 20 L air tambak) ?Dedak halus (1.000 g per 20 L air tambak) ?Ragi roti (yeast) (100 g per 20 L air tambak) ?Molase (tetes tebu) atau gula 500 g (sekitar 375 mL) per 20 L air tambak ?Air tambak sebesar 20 L.

Cara kultur ? Masak 1.000 g dedak halus dan 400 g tepung ikan dengan memakai 20 L air tambak pada panci stainless sembari terus diaduk sampai mendidih selama 5-10 mnt (supaya bakteri kontaminan berdasarkan tambak mati). ? Matikan barah, kemudian masukkan ragi roti sebesar 100 g, sambil terus diaduk merata. ? Kemudian masukkan molase 500 g, sambil terus diaduk merata. ? Dinginkan adonan tersebut menggunakan cara merendam panci ke air tambak atau membaginya ke beberapa loka agar lebih cepat dingin. ? Setelah dingin, dibagi ke dalam dua ember. ? Masukkan bakteri probiotik sebesar 100-200 mL per ember. ? Diaerasi secara terus menerus menggunakan aerator AC/DC. ? Setelah dikultur tiga-4 hari, aerasi dimatikan & bakteri probiotik siap digunakan pada tambak, yaitu 0,2-1 ppm (dua-10 L per hektar tambak tradisional plus menggunakan kedalaman air satu meter); 1-5 ppm di tambak semi-intensif udang windu menggunakan padat penebaran hingga 10 ekor/m ; atau 5-10 ppm di tambak udang intensif dengan padat penebaran hingga 20 dua ekor/m .Dua

Cara pelaksanaan ?Bakteri probiotik RICA yg sudah dikultur tiga-4 hari mempunyai kepadatan kurang lebih 1010 ? 1012 CFU/mL, umumnya berbau tape dan siap ditebar ke tambak dengan takaran seperti tersebut pada atas. ? Bakteri probiotik tersebut dicampur/diencerkan dengan air tambak secukupnya, lalu ditebar merata ke bagian atas air tambak. ? Pemberian bakteri probiotik dilakukan seminggu sekali untuk budidaya udang windu tradisional plus & semi-intensif. Sedangkan buat teknologi sistem intensif dibutuhkan penebaran 1-2 kali/minggu tergantung syarat airnya. ? Aplikasi bakteri probiotik RICA yg terbaik dilakukan secara bergiliran, yaitu BT951 diberikan tiga-4 kali sejak minggu 2-tiga pemeliharaan, lalu diganti menggunakan MY1112 diberikan 3-4 kali berturut-turut, lalu diganti BL542 diberikan 3-4 kali berturutturut, & diulang lagi menggunakan BT951 hingga panen. ? Bakteri probiotik RICA perlu dikultur selama 3-4 hari agar diperoleh konsentrasi sampai 1010-1012 CFU/mL, sehingga dalam ketika dipakai pada tambak hanya memerlukan jumlah sedikit (kurang menurut 10 L/ha).

Jumlah Kaji Terap di Beberapa Daerah ? Kabupaten Barru (2 orang, tahun 2009), sistem ekstensif plus menggunakan padat penebaran dua ekor/m , sintasan 30,9 % (261 % dari pada kontrol = petak tambak yg nir 2 memakai probiotik), produksi 81,4 kg/ha (428 % dari pada kontrol) dengan masa pemeliharaan 70 hari. ? Kabupaten Pinrang (6 orang tahun 2010, 36 orang tahun 2012), sistem ekstensif plus dengan padat penebaran 2 ekor/m2, sintasan 61,9 % (206 % dari dalam sintasan udang pada petak tambak tanpa probiotik dalam tahun 2011 yg lebih kurang 30%), produksi 240 kg/ha (205% dari pada produksi rata-rata pada tahun 2011) menggunakan masa pemeliharaan 70-90 hari. ? Kabupaten Pangkep (71 orang tahun 2011, 18 orang tahun 2012), sistem ekstensif plus menggunakan padat penebaran 2 ekor/m2, sintasan 49,24 % (246 % dari pada sintasan di tambak rakyat tanpa probiotik yang hanya sekitar 20%), produksi 267 kg/ha (178 % dari dalam produksi udang pada tambak rakyat tanpa probiotik yg hanya kurang lebih 150 kg/ha) dengan masa pemeliharaan 70-100 hari. ? Pada tahun 2013 sedang berlangsung kaji terap pada Kabupaten Indramayu (12 pembudidaya), pada Kabupaten Brebes (16 orang), di Kabupaten Pangkep (20 orang).

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

Teknologi Aplikasi Probiotik RICA ini lebih unggul karena dalam pemakaiannya bakteri diperlukan jumlah relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian probiotik lainnya yang memerlukan volume akbar. Sebagai akibatnya, porto aplikasinya jauh lebih murah, kurang berdasarkan Rp 200.000,- per trend tanam.

Berdasarkan hasil kaji terap di beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan, menunjukkan, bahwa aplikasi probiotik RICA bisa menaikkan sintasan lebih 2 kali lipatnya (30-61%) dibandingkan kondisi awalnya (11-20 %), pula menaikkan produksi udang windu hampir 2 kali lipatnya (81-267 kg/ha/MT) dibandingkan syarat awalnya (11-150 kg/ha/MT). Secara generik teknologi budidaya udang windu tradisional plus dengan pelaksanaan bakteri probiotik RICA dapat meningkatkan sintasan dan produksi udang windu pada atas 30 % daripada tanpa probiotik. Teknologi Aplikasi Probiotik RICA mudah diterapkan pada masyarakat dalam suatu grup pembudidaya udang (pada hamparan), supaya lebih efisien dalam penggunaan peralatan kultur bakteri probiotik. Secara praktis pada masyarakat bisa membangun kelompok kerjasama sosial pada bentuk koperasi yg saling menguntungkan baik dalam hal teknis maupun ekologis.

Probiotik RICA merupakan tiga jenis bakteri yang diisolasi menurut tambak (RICA-1 = isolat BT951, Brevibacillus sp), dari mangrove (RICA-dua = MY1112, Serratia sp), & berdasarkan laut (RICA-tiga = BL542, Pseudoalteromonas sp), yg adalah hasil seleksi menurut 3.976 isolat orisinil perairan Sulawesi Selatan, yg sudah diuji secara ?In vitro? & ?In vivo? Kemampuannya dalam memperbaiki kualitas air (menurunkan kandungan bahan organik total, amoniak, nitrit, dan H2S) dan tidak patogen terhadap udang, serta mampu menekan perkembangbiakan bakteri patogen V. Harveyi. Oleh karena itu ketiga isolat probiotik RICA tadi tergolong bakteri yang ramah lingkungan.

WAKTU - LOKASI PENELITIAN DAN DAERAH YANG DIREKOMENDASIKAN

Penelitian dasar yg mencakup skrining isolat menurut alam, uji berlawanan terhadap bakteri patogen Vibrio harveyi, kemampuan terhadap masing-masing parameter kualitas air, uji patogenesitasnya terhadap udang windu telah dilakukan antara 2002 ? 2005 di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Balai Penelitian & Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros, & Laboratorium PAU Institut Pertanian Bogor, & Universitas Atmajaya (sekuensing menggunakan 16S-rRNA). Pengujian daya simpan isolat bakteri (suhu kamar dan suhu kulkas) juga telah dilakukan hingga 2008 di BPPBAP Maros.

Selanjutnya pengkajian di Instalasi Tambak Percobaan Marana, Maros telah dilakukan dari tahun 2006 hingga kini , jua Pengembangan di Instalasi Tambak Percobaan Punaga, Takalar pada tahun 2009. Mulai tahun 2009 dirintis aplikasinya pada tambak rakyat pada Kabupaten Barru, lalu tahun 2010 di tambak rakyat Kabupaten Pinrang (sampai 2012), dan pada tambak masyarakat Kabupaten Pangkep pada tahun 2011-2013. Pada tahun 2011 seorang pembudidaya menurut Samarinda Kaltim juga telah menguji coba di tambaknya. Pada tahun 2012 seorang pembudidaya dari Gresik, Jatim pula telah menguji coba pada tambaknya. Pada tahun 2013 jua diaplikasi di 12 petak tambak udang windu pada Kabupaten Indramayu, 16 petak tambak pada Kabupaten Brebes, & 20 petak tambak pada Kabupaten Pangkep.

Lokasi daerah yang direkomendasikan buat penerapan teknologi probiotik RICA sebaiknya pada wilayah dengan kondisi tanah mineral seperti di Jawa pada biasanya, pantai barat Lampung, dan sebagian pantai barat Sulawesi Selatan. Di lokasi lain yg masih relatif masam tanahnya (TSM) seperti pada Aceh umumnya, Kalimantan umumnya, & pantai timur Sulawesi Selatan masih perlu dilakukan tambahan aplikasi berupa penambahan kapur dolomit agar probiotik tersebut bisa lebih efektif.

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF Sangat kecil kemungkinan imbas negatif menurut pelaksanaan probiotik RICA, lantaran ketiga isolat berasal dari tambak, mangrove, & bahari di sekitar tambak. Bahkan dengan aplikasi ketiga jenis probiotik tersebut bisa memperbaiki kualitas perairan di sekitarnya. Namun demikian cara penyimpanan bakteri probiotik RICA secara ?Sembrono? (sembarangan) dapat memungkinkan terjadinya kontaminasi menggunakan bakteri lain di lebih kurang tambak. Oleh karena itu probiotik RICA sebaiknya dikultur di suatu tempat yang higienis pada grup pembudidaya buat lebih kurang 10 ha tambak.

KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISIS USAHA

Tabel 2. Analisis usaha budidaya udang windu dengan Aplikasi probiotik RICA di lahan tambak tradisional plus seluas 10 ha (contoh kasus di Kabupaten Pinrang, Sulsel 2012). • R/C 1,98 > 1 Layak Usaha (Bisa dikembangkan di masyarakat)

TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Semua (100 %) bahan pada penerapan probiotik RICA merupakan produk dalam negeri, kecuali buat biakan isolat murni bakteri probiotik (TSA & Nutrient Broth) yg masih diimpor. Di masa yg akan tiba, masih akan dicoba mengganti ke 2 jenis media tadi dengan media lokal (apabila memungkinkan tentunya).

Sumber:

Atmomarsono M., Muliani, Nurbaya & Endang. 2013. Peningkatan Produksi Udang Windu pada Tambak Tradisional Plus menggunakan Aplikasi Probiotik RICA. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan, Jakarta.

#Tag :

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 11]

Jenis ikan air bahari yang mempunyai hemat penting di perairan Indonesia sangatlah poly. Berikut merupakan beberapa jenis ikan air bahari yg mempunyai nilai ekonomis krusial yang telah dirangkum. Untuk melihat tulisan sebelumnya dapat dipandang dalam tautan dibawah artikel ini.

51. Peperek cina, (Leiognathus splendens)
Ikan Peperek cina [ sumber ]

(Leiognathidae); hayati di perairan pantai yang dangkal, membentuk kelompok besar , kadang-kadang masuk muara sungai, bisa mencapai panjang 14 cm, umumnya 6-12 centimeter. Termasuk ikan demersal, makanannya hewan dasar mini , penangkapan menggunakan trawl (pukat dasar), cantrang & sejenisnya, pukat tepi, dipasarkan pada bentuk segar, asin-kemarau, harga murah. Daerah penyebaran;

seluruh perairan pantai Indonesia terutama Laut Jawa, bagian timur Sumatera, sepanjang Laut Cina Selatan, Philipinna, ke selatan hingga pantai utara Australia.

52. Peperek topang, (Leiognathus equulus)
Ikan Peperek topang [ sumber ]

(Leiognathidae); hayati di perairan pantai hingga kedalaman 30 m, dekat bagian atas, makanannya terutama binatangbinatang dasar kecil, dapat mencapai panjang 22 cm, umumnya 12-16 centimeter. Tergolong ikan demersal, penangkapan menggunakan trawl (pukat dasar), cantrang dan sejenisnya, macammacam pukat tepi, dipasarkan pada bentuk asin-kemarau, segar. Daerah penyebaran; terdapat diseluruh perairan pantai Indonesia terutama Laut Jawa, Sumatera bagian timur, sepanjang pantai Kalimantan, Sulsel, Arafuru, ke utara sampai Teluk Benggala, sepanjang pantai India, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna, pantai utara Australia, ke barat sampai pantai Afrika Timur.

53. Peperek bondolan, (Gazza minuta)
Ikan Peperek bondolan [sumber]

(Leiognatrhidae); hayati diperairan pantai sampai kedalaman 40 m, terbanyak didasar, makanannya organisme dasar, mini bisa mencapai panjang 15 cm, biasanya 6-10 centimeter. Tergolong ikan demersal penangkapan menggunakan trawl (pukat dasar), dogol, pukat tepi, dipasarkan pada bentuk segar, asin-kemarau, harga murah. Daerah penyebaran; seluruh perairan pantai Indonesia terutama Laut Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang Kalimantan,Sulsel, Arafuru, pantai utara Australia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan.

54. Lencam merah, (Lethrinus obsoletus)
Ikan Lencan merah [sumber]

(Lethrinidae); hidup di daerah pantai, perairan karang, bisa mencapai panjang 60 cm, umumnya 35-50 cm. Termasuk ikan demersal, ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, krustasea, cacing, penangkapan menggunakan pancing, bubu, jaring insang, trawl, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai, karang diseluruh Indonesia, & perairan Indo-Pasifik.

55. Lencam matahari, (Lethrinus lentjan)
Ikan Lencan matahari [sumber]

(Lethrinidae); hayati pada perairan pantai, dasar pasir, dapat mencapai panjang 40 cm, umumnya 25-35 cm. Tergolong ikan demersal, makanannya krustasea, cacing dan ikanikan mini , penangkapan menggunakan bubu, pancing, rawai akbar, trawl, dipasarkan pada bentuk segar, asin-kemarau, harga sedang. Daerah

penyebaran; seluruh perairan pantai, perairan karang diseluruh Indonesia, melebar ke utara hingga Teluk Benggala, Teluk Siam, Philipinna, ke barat sampai Afrika Timur.

Jenis - jenis ikan hemat laut lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air bahari. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...

Teknologi Produksi Massal Larva Ikan Patin Pasupati

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan & Manfaat Penerapan Teknologi

Permintaan pasar ekspor ikan patin daging putih semakin meningkat & perlu segera dimanfaatkan buat meningkatkan devisa negara & kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebuah terobosan teknologi sudah dilakukan oleh Loka Riset Pemuliaan & Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (kini Balai Penelitian Pemuliaan Ikan) dengan menghasilkan patin hibrida yg diberi nama patin ?Pasupati (Patin Super Harapan Pertiwi)?. Patin Pasupati adalah persilangan antara betina patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) menggunakan jantan patin jambal (Pangasius djambal) hasil seleksi.

Kehadiran ikan patin Pasupati merupakan jawaban buat memenuhi permintaan benih ikan patin daging putih yg saat ini sangat dinantikan sang para pembudidaya. Peluang ekspor patin daging putih kini sudah terbuka yg berdampak membuka lapangan kerja baru. Dengan adanya aktivitas ekspor ikan patin daging putih ini selain membuat produk primer berupa filet, juga akan membuat produk samping berupa kepala ikan, sebagai bahan soup pada restoran, minyak ikan, tepung tulang ikan & kulitnya dapat dipakai bahan standar colagen sebagai obat kulit terbakar. Selama ini permintaan ekspor ikan patin daging putih terus semakin tinggi. Peningkatan ekspor ini bermanfaat untuk meningkatkan devisa negara dan peningkatan kesejahteraan pembudidaya.

Tujuan berdasarkan penerapan teknologi adalah penyediaan larva ikan patin pasupati yang terjamin secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas buat mendukung peningkatan produksi ikan patin skala industri. Diharapkan dari peningkatan produksi ini bisa menaruh manfaat terhadap peningkatan nilai tambah & kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.

PENGERTIAN/DEFINISI Pasupati : Patin Super Harapan Pertiwi Hibridisasi : Suatu perkawinan silang antara banyak sekali jenis spesies ikan untuk membentuk jenis ikan unggul sebagai benih sebar baik kualitas maupun Kanulasi kuantitas : Cara sampling telur pada gonad menggunakan pipa plastik halus bergaris tengah 1,2 mm (kateter) Papilla : Lubang kelamin berbentuk tonjolan mini di bagian perut ikan sebagai tempat pengeluaran telur atau sperma. OSI : Ovi Somatic Index/ indeks yang memperlihatkan perbandingan antara bobot telur yang di ovulasikan menggunakan bobot tubuh induk betina. Fekunditas : Jumlah telur yg diovulasikan per satuan bobot tubuh induk. HCG : Human Chorionic Gonadotropin/ hormon sejenis Glikoprotein yang didapatkan oleh plasenta bunda hamil digunakan buat memacu ovulasi

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Pemeliharaan & Seleksi Induk

Larva patin pasupati didapatkan melalui teknologi hibridisasi antara Induk Betina Patin Siam & Induk Jantan Patin Jambal. Pengelolaan atau manajemen induk sangat dibutuhkan untuk mempertinggi efisiensi dan produktivitas dalam usaha pembenihan dan membuat benih yg berkualitas baik. Larva yg sehat diperoleh berdasarkan induk yg dipelihara secara baik, yakni mendapat pakan yg bermutu & memenuhi syarat sebagai pakan induk dan dipelihara pada wadah menggunakan kualitas air yg baik.

Induk yg dipakai adalah induk jantan patin jambal dan induk betina patin siam. Induk betina patin siam dapat dipijahkan selesainya berumur minimal dua,lima tahun menggunakan bobot 2,lima ? Tiga kg/ekor. Sedangkan induk jantan patin jambal dapat dipijahkan sehabis berumur minimal 2 tahun dengan bobot dua,0 ? 2,lima kg/ekor.

Kisaran kualitas air yang disarankan merupakan; pH air 6,lima ? 8,lima, suhu air 28 ? 31 C, oksigen terlarut o pada atas tiga mg/l, amoniak kurang dari 0,1 mg/l, nitrit kurang menurut 1 mg/l. Ikan patin tidak menghendaki air yang terlalu jernih, taraf kecerahan yg ideal lebih kurang 30 cm. Beberapa wadah pemeliharaan induk yg bisa digunakan diantaranya:

a. Kolam (air damai) menggunakan kontruksi tanah atau tembok, luas kolam 50 -200 m ,2 kedalaman air 1,dua m, disarankan adanya pergantian air sebesar 10%/hari. Kawasan wajib bebas banjir & bebas berdasarkan pencemaran. Padat tebar dua ekor/m buat patin 2 siam & 0,lima ekor/m buat patin jambal.2

b. Konstruksi karamba, bahan yang dipakai dapat berdasarkan kayu, bambu atau besi. Ukuran minimal tiga m x 2m x 1,lima m. Padat tebar tiga ekor/m buat patin siam & 1 ekor/m untuk3 3 patin jambal

c. Karamba jaring apung, konstruksi terbuat menurut kerangka bambu, kayu atau besi. Ukuranminimal 4m x 4m x 4m, jaring terbuat berdasarkan polyethylene, PE 210 D9 hingga D18, berukuran mata jaring minimal 1 inch. Padat tebar tiga ekor/m buat patin siam & 13 ekor/m buat patin jambal.2 Induk ikan patin perlu menerima asupan pakan dengan jumlah yg cukup dan mutu yang baik. Pakan buat induk ikan patin usahakan memiliki kadar protein kasar 36 ? 38 % dan diberikan sebesar 1 % menurut biomassa/hari dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Tetapi bila di kurang lebih tempat budidaya nir tersedia pakan induk dengan kadar protein kasar 36 ? 38 %, induk ikan patin dapat diberi pakan menggunakan kadar protein kasar minimal 28 % sebesar 2% berdasarkan bobot biomas/hari dengan frekuensi hadiah dua kali/hari.

Keberhasilan pemijahan induk dipengaruhi oleh kejelian pemilihan induk yg matang gonad. Ciriciri induk betina ikan patin yang matang gonad ditunjukkan dengan organ papila membengkak dan berwarna merah. Selain itu, ditunjukkan dengan perut membengkak ke arah belakang (ke arah genital). Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad induk betina secara akurat bisa dilakukan melalui inspeksi oosit (sel telur) dengan cara merogoh sampel telur dengan alat kanulasi (Kateter) Kanulasi dilakukan menggunakan memasukan alat kanulasi ke dalam ovari melalui lubang papila sedalam 8 ? 10 centimeter. Agar mendapatkan sampel telur dari semua bagian ovari secara merata, batang penyedot yang terdapat dibagian tengah kateter ditarik keluar bersamaan menggunakan menarik kateter berdasarkan ovari. Induk ikan patin siam yang siap dipijahkan memiliki berukuran sel telur yang seragam menggunakan diameter ?1 mm (sedangkan buat patin jambal berdiameter ?1,6 mm) dan berwarna kuning gading dan gampang dipisahkan, tidak menempel satu sama lain.

Sedangkan untuk mengetahui induk patin jantan yang matang gonad nisbi mudah. Ciri induk jantan yg matang gonad adalah papila menonjol berwarna merah, jika dipijit keluar cairan putih kental (sperma). Induk yg terseleksi & siap dipijahkan dipelihara di pada wadah yang sempit sebagai akibatnya induk mudah buat ditangkap & menerima kualitas air yg baik yakni oksigen yang relatif (?3 ppm) dan suhu air relatif tinggi (?28? C).

Pemijahan

Induk patin siam dan patin jambal yang dipelihara pada wadah budidaya nir dapat memijah secara alami, sehingga pemijahannya dilakukan secara buatan melalui rangsangan hormonal. Hormon yang digunakan merupakan ekstrak kelenjar hipofisa, Gonadotropin, dan Ovaprim (adonan LHRH-a & domperidon). Penggunaan kelenjar hipofisa sudah jarang dilakukan lantaran kurang mudah. Hormon yg generik dipakai merupakan ovaprim (campuran LHRH & domperidon) & HCG (Human Chorionic Gonadotropin).

Dosis penyuntikan yang biasa digunakan adalah menjadi berikut:

1. Penyuntikan dengan Ovaprim Penyuntikan pertama sebanyak 0,tiga ml/kg induk dan penyuntikan kedua sebesar 0,6 mililiter/kg induk dengan selang ketika 12 jam

dua. Penyuntikan dengan HCG & Ovaprim Penyuntikan pertama dengan HCG sebesar 500 IU/kg induk dan penyuntikan ke 2 dengan Ovaprim sebanyak 0,6 ml/kg induk Selang ketika berdasarkan penyuntikan ke 2 hingga ovulasi (waktu laten/latency time pada patin siam) berkisar 10 - 12 jam pada kondisi suhu air 28?C. Meskipun sudah dilakukan rangsangan ovulasi induk ikan patin siam juga patin jambal pada pada wadah budidaya nir sanggup memijah secara alami. Proses pembuahan (bercampurnya telur dan sperma) harus dilakukan secara buatan (artificial). Pembuahan yang biasa dilakukan terdapat 2 sistem:

Pembuahan Sistem Kering

Dalam sistem kemarau ini telur yg sudah dimuntahkan dan ditampung dalam baskom dicampur dengan s p e r m a y a n g b a r u , langsung dikeluarkan berdasarkan

Gambar 1. Proses pengeluaran sperma ikan patin jambal (kiri), Proses induk jantan kemudian pengeluaran telur ikan patin siam (kanan) dicampur dengan bulu ayam secara merata.

Kemudian buat aktivasi ditambahkan air yang kaya oksigen sembari diaduk-aduk rata dengan bulu ayam. Selanjutnya dibilas & diberi larutan tanah buat menghilangkan daya rekat telur (Memisahkan telur yang umumnya inheren satu sama lain), kemudian dibilas lagi menggunakan air segar beberapa kali, lalu ditetaskan.

Pembuahan Sistem basah

Pada sistem basah ini, sperma induk jantan terlebih dahulu dikeluarkan dan ditampung dalam wadah tabung atau gelas & diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis (larutan infus NaCl). Larutan tersebut selain berfungsi menjadi pengencer jua berfungsi sebagai pengawet. Spermatozoa dapat tahan hidup pada larutan tadi selama 12 ? 24 jam dalam suhu lima ? 0?C.

Penetasan telur dilakukan pada corong penetasan. Telur dimasukan ke dalam corong penetasan yang dialiri air dalam bagian dasar corong sebagai akibatnya telur berkecimpung/ berputar secara pelan. Larva yang telah menetas dan sehat akan berenang ke atas mengikuti saluran pembuangan dan ditampung pada hapa, sedangkan telur yg nir menetas dan larva yang abnormal akan tetap berada pada dasar corong. Resiko keracunan nisbi rendah, karena kualitas air dapat mudah diperbaiki dengan menambahkan air segar. Suhu air optimal buat proses penetasan telur adalah 28 - 31 C & akan menetas selesainya 16 ? 22 jam.O

Larva yg tertampung dalam hapa harus segera dipanen supaya tidak keracunan akibat pembusukan residu-sisa telur yg nir menetas. Larva dipanen menggunakan memakai serokan halus, lalu dipindahkan ke pada wadah bulat yg berisi air yang telah diaerasi supaya mendapatkan oksigen yang relatif. Penghitungan maupun pengepakan larva usahakan dilakukan sebelum larva berumur lima jam. Lantaran dalam kondisi tersebut larva belum aktif mengejar sinar sebagai akibatnya terdistribusi secara merata dalam seluruh badan air.

Gambar dua. Fertilisasi telur pembentuk patin pasupati (kiri), Fasilitas corong penetasan telur (kanan)

Penghitungan larva dalam biasanya dilakukan secara volumetri.

Pengangkutan larva dilakukan secara tertutup menggunakan kantong plastik dengan penambahan oksigen. Pengangkutan sebaiknya dilakukan dalam suhu dingin. Kepadatan larva dalam setiap kantong plastik wajib mempertimbangkan lama saat transportasi. Perbandingan volume antara air & gas oksigen merupakan 1 : dua.

Kepadatan larva maksimum dalam setiap kantong plastik tertera pada Tabel berikut:

Tabel 1. Kepadatan larva & waktu tempuh dalam transportasi tertutup Pengangkutan lebih menurut 12 jam bisa dilakukan menggunakan kondisi dilakukan penggantian oksigen.

TARGET PRODUKSI T

arget produksi menurut aktivitas pemijahan pada setiap siklus produksi sebanyak 1.000.000 ekor, dimana dalam 1 tahun sebesar 8.000.000 ekor ( 8 siklus pemijahan).

Kaji Terap

Kegiatan kaji terap teknologi produksi larva ikan patin pasupati sudah dilakukan melalui aktivitas diseminasi/iptekmas yang berlokasi di UPPU Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Palembang pada tahun 2012 & aktivitas Iptekmas yg berlokasi di BBI Tanjung Putus Dinas Peternakan & Perikanan Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2013 menggunakan output menjadi berikut:

Tabel 2. Keragaan reproduksi dalam produksi benih ikan patin pasupati

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

Dari teknologi hybrid ini dihasilkan benih sebar Ikan patin pasupati yang bertumbuh cepat & berdaging putih. Bila membudidayakan patin siam, fekunditas cukup tinggi tetapi dagingnya berwarna kining, sedangkan patin jambal fekunditas rendah dan beraging putih. Dengan persilangan (hybrid) didapatkan benih sebar berdaging putih & bertumbuh lebih cepat. Daging putih sangat diminati sang konsumen dibandingkan daging berwarna kuning atau pink.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN/ DAERAH YANG DIREKOMENDASIKAN

Wilayah pengembangan usaha dalam rangka penerapan teknologi produksi larva ikan patin pasupati adalah lokasi yang dekat dengan sentra pengembangan budidaya Patin dan memiliki parameter kualitas air yang optimal untuk pemeliharaan adalah: suhu 28 -30 C, kandungan o oksigen terlarut 5 – 7 ppm, pH 6,5 – 8,5, amoniak (NH3) <0,2 mg/l dan nitrit (NO2) <0,01mg/l.

Wilayah pengembangan/penerapan teknologi yang diusulkan antara lain : Sumatera Selatan (Palembang, Ogan Ilir, Banyu Asin), Jawa Timur (Tulung Agung), Kalimantan Selatan (Banjar Baru). Sangat diharapkan pada pengembangan industri ikan patin wajib terintegrasi, dan suply chainnya semua tersedia (benih, pakan, obat-obatan, pengolahan) sehingga nir limbah (Zero waste).

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Tidak terdapat pengaruh negatif dari bisnis perbenihan, limbah yang didapatkan nisbi sangat mini & dapat diatasi dengan memanfaatkan air limbah sebagai pupuk buat menyiram tumbuhan sayuran yang ditanam diatas pada atas galengan kolam.

KELAYAKAN FINANSIAL

Berikut dilampirkan analisa usaha yang terkait kegiatan produksi benih ikan patin pasupati: Target produksi 8.000.000 ekor pertahun

Sumber:

Utami R., dkk. 2013. Teknologi Produksi Massal Larva Ikan Patin Pasupati. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan, Jakarta.

#Tag :

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 12]

Jenis ikan air laut yg mempunyai hemat krusial di perairan Indonesia sangatlah poly. Berikut adalah beberapa jenis ikan air laut yg mempunyai nilai irit penting yg sudah dirangkum. Untuk melihat goresan pena sebelumnya bisa dilihat dalam tautan dibawah artikel ini.

56. Sikuda, (Lethrinus ornatus)
Ikan Sikuda [ sumber ]

(Lethnidae); hayati di perairan pantai, terumbu karang, ikan buas, makanannya udang, cacing, dan ikan-ikan mini , bisa mencapai panjang 45 cm, umumnya 20-25 cm. Tergolong ikan demersal penangkapan dengan pancing, bubu, muroami, kadang-kadang masuk trawl, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai semua Indonesia, ke utara sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan, ke selatan perairan tropis Australia.

57. Kakap hitam, (Lobotes surinamensis)
Ikan Kakap hitam [ sumber ]

(Lobotidae); hidup diperairan pantai, air payau, ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, dan udang, bisa mencapai panjang 100 cm, biasanya 40-50 centimeter. Tergolong ikan demersal, penangkapan dengan pancing, jaring insang, macam-macarn pukat tepi, trawl, dipasarkan pada bentuk segar, harga sedang.Daerah penyebaran; terutama pantai utara Jawa, bagian timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, Sulsel, Arafuru, & perairan Indo-Pasifik lainnya.

58. Tanda-tanda, (Lutjanus fulviflamma)
Ikan Tanda - tanda [ sumber ]

(Lutjanidae); hayati di perairan dangkal hutanhutan bakau, terumbu karang, bisa mencapai panjang 35 cm, umumnya 25 cm. Termasuk ikan demersal penangkapan menggunakan pancing, bubu, pukat dasar, jaring insang, dipasarkan pada bentuk segar, asin-kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai, karangkarang diseluruh Indonesia, meluas ke utara hingga Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna, ke selatan sampai perairan tropis Australia dan ke barat hingga Afrika Selatan.

59. Tanda-tanda batu, (Lutjanus decussatus)
Ikan Tanda - tanda batu [ sumber ]

(Lutjanidae); hayati diperairan pantai, karang, dapat mencapai panjang 30 cm, umumnya 20 centimeter. Tergolong ikan demersal, penangkapan menggunakan pancing, bubu, jaring klotok, jaring insang, dipasarkan pada bentuk segar, asin-kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai, karang semua Indonesia dan perairan Indo-Pasifik (perairan panas).

60. Ikan merah, (Luljanus malabaricus)
Ikan merah [ sumber ]

(Lutjanidae); hayati menyendiri, didaerah pantai hingga kedalaman 60 m, makanannya ikan-ikan mini dan in-vertebrata dasar, bisa mencapai panjang 60 centimeter,umumnya 45 centimeter. Tergolong ikan demersal, penangkapan dengan pancing, pukat dasar, bubu, dipasarkan pada bentuk segar, asin-kering, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai semua Indonesia, meluas ke utara hingga Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan sampai perairan tropis Australia.

Jenis - jenis ikan ekonomis laut lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air laut. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...