Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Dalam budidaya, keberhasilan pada bidang produksi sangat dipengaruhi sang beberapa faktor diantaranya penyediaan benih, kualitas air, pengelolaan dan sebagainya. Penyakit adalah salah satu hambatan primer dalam keberhasilan produksi yang sangat merugikan. Timbulnya penyakit adalah suatu proses yg dinamis dan merupakan hubungan antara inang (host), jasad penyakit (patogen) dan lingkungan. Lingkungan terutama sifat fisik, kimia & biologi perairan akan sangat menghipnotis keseimbangan ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yg baik akan menaikkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yg kurang baik akan menyebabkan ikan gampang stress dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan patogen.

Tingkat keberhasilan bisnis budidaya ikan selain ditentukan sang anugerah pakan yang tepat jua sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan loka hidupnya. Dinamika kondisinya sangat mudah terpengaruh oleh bahan kimia terlarut, iklim mikro & perlakuan yg dilakukan. Oleh karenanya kita wajib memahami kualitas air dan interaksinya.

DESKRIPSI IKAN KERAPU

KLASIFIKASI

Klasifikasi Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) digolongkan pada :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Osteichtyes

Sub group : Actinopterigi

Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Percoidae

Family : Sarraanidae

Genus : Cromileptes

Species : Cromileptes altivelis

MORFOLOGI

Kerapu bebek mempunyai sirip dorsal (punggung), sirip anal (perut), sirip pektoral (dada), sirip garis lateral (gurat sisi),dan sirip caundal (ekor). Selain sirip, di bagian tubuhnya masih ada sisik yang berbentuk sikloid.

Bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung (concane) ketebalan tubuh lebih kurang 6,6-7,6 centimeter dari panjang spesifik. Sementara panjang tubuh aporisma mencapai 70 cm. Lobang hidungnya akbar berbentuk bulan sabit vertikal kulit berwarna jelas abu-abu kehijauan dAn bintik-bintik hitam diseluruh ketua, badan dan sirip,dalam kerapu belia bintik-bintik hitamnya lebih akbar dan sedikit.

HABITAT

Ikan kerapu bebek poly pada jumpai di perairan batu karang atau daerah karang kapur, hidup dalam kedalaman 7-40 meter. Dalam daur hidupnya ikan kerapu bebek muda hayati pada perairan karang menggunakan kedalaman 0,5-tiga meter, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke perairan yg lebih pada,& umumnya perpindahan ini berlangsung pada siang & senja hari. Telur larva kerapu bebek bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda sampai dewasa bersifat domesal. 3

BUDIDAYA IKAN KERAPU

Ikan kerapu yg sudah berhasil dibenihkan diantaranya merupakan ikan kerapu bebek, kerapu macan, kerapu lumpur dan kerapu malabar. Sedangkan kerapu alis/Napoleon & kerapu sunu masih dalam penelitian. Dalam teknik pembenihan untuk ikan kerapu tikus, macan, malabar dan lumpur pada prinsipnya sama.

TEKNIK PEMBENIHAN

Pemijahan induk

Keberhasilan pemijahan induk ikan kerapu merupakan kunci awal menurut semua mata rantai aktivitas produksi benih ikan kerapu. Dengan pengelolaan induk yg baik akan didapatkan produksi telur dengan mutu yang baik sebagai akibatnya pada akhirnya akan dibutuhkan produksi benih ikan kerapu menggunakan sintasan yg tinggi.

A. Pengelolaan induk

Induk ikan kerapu asal menurut hasil penangkapan pada alam. Induk dipelihara dalam bak beton berbentuk bundar (? 10 meter & kedalaman 3 meter). Bak pemeliharaan induk jua sekaligus merupakan bak pemijahan. Sirkulasi air pada bak pemeliharaan induk dilakukan terus menerus sebanyak 200 - 300% setiap harinya dengan menggunakan pompa elektromotor 20 PK (? Pipa 8?) kemudian dilengkapi pipa distribusi ke dalam bak induk dengan ? 4?. Dalam bak diberi aerasi sebanyak 20 titik menggunakan jeda titik satu dengan yang lainnya kurang lebih dua meter. Untuk menjaga kualitas air pada bak induk permanen prima dilakukan menggunakan mengatur pembuangan air atas & air bawah. Siang hari dilakukan pembuangan air bawah & malam hari dilakukan pembuangan air atas. Selama masa pemeliharaan induk, dilakukan pemberian pakan berupa ikan segar dengan kandungan lemak rendah. Jenis-jenis ikan yg biasa diberikan pada induk ikan kerapu merupakan ikan layang, ikan selar, ikan teri, ikan belanak dan cumi-cumi. Dosis hadiah pakan merupakan 3-lima % berdasarkan total berat induk Pemberian pakan dilakukan pagi hari antara jam 07.00-08.00 setiap harinya. Induk jua diberikan tambahan vitamin E @ tocopherol (Nature E) dengan takaran 100 IU per kg induk per minggu yang bertujuan buat memacu perkembangan gonade ikan. Sedangkan buat menambah daya tahan induk terhadap serangan penyakit diberikan vitamin C dengan dosis 50 mg/kg induk setiap 2 minggu sekali. Induk juga diberikan vitamin B-Compleks menggunakan takaran 50 mg/kg induk per dua minggu sekali dengan tujuan untuk menambah nafsu makan ikan.

B. Pemijahan induk

Metoda pemijahan ikan kerapu dalam dasarnya bisa dilakukan dengan manipulasi hormonal (pelaksanaan hormon steroid) dan manipulasi lingkungan. Pemijahan alami menggunakan manipulasi lingkungan. Setiap pagi, selesainya induk kerapu diberi makan, air pada bak pemijahan diturunkan sampai kedalaman ? 50 cm diatas sirip punggung. Kondisi ini dibiarkan selama 5-7 jam & air masuk (inlet) tetap dibiarkan mengalir. Perlakuan ini dapat meningkatkan suhu air 1-3oC. Kemudian pada sore hari mulai jam 15.00 dilakukan penambahan air laut segar sampai mencapai ketinggian optimal (tiga meter) & dilakukan peredaran sepanjang malam hari. Perlakuan ini dilakukan secara terus menerus hingga terlihat tanda-pertanda ereksi. Ciri-karakteristik induk ikan kerapu betina yg siap memijah adalah perut gendut & lubang genital kemerahan. Sedangkan buat induk jantan yang matang gonade memiliki karakteristik-karakteristik kulit lebih terperinci, agresif (selalu mengejar betina) & lubang genital kemerahan. Pemijahan ikan kerapu terjadi dalam bulan gelap (bulan lunar) yaitu antara lepas 20-10 bulan lunar & terjadi dalam malam hari antara jam 20.00-02.00

c. Panen telur

Telur ikan kerapu hasil pemijahan yg baik mempunyai karakteristik-karakteristik berbentuk bundar , ? 850-950 mikron, melayang pada permukaan air & transparan. Sedangkan telur yang tidak baik atau tidak berkembang selnya dengan sempurna memiliki kenampakan keruh & setelah beberapa waktu ditampung akan mengendap. Setiap kali terjadi pemijahan induk, telur ditampung dalam bak penampungan telur yang dilengkapi jaring hapa (egg collector). Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari antara jam 06.00-07.00. Telur hasil panenan ditampung pada akuarium dan dilakukan seleksi & penghitungan jumlah telur menggunakan metoda volumetri. Setelah 18-25 jam menurut ketika pembuahan, pada suhu 27-28o C telur ikan kerapu akan menetas.

Pemeliharaan larva

Kegiatan pemeliharaan larva dimulai dari persiapan bak, penebaran dan penetasan telur, perkembangan larva, pakan & pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, penanggulangan penyakit & panen benih.

A. Persiapan bak

- Bak pemeliharaan larva berbentuk segi empat menggunakan volume 12,5 ton (lima x dua x 1,25 meter).

- Sebelum diisi bak dibersihkan menggunakan kaporit (100-150 ppm), dibilas menggunakan air tawar dan sabun dan kemudian dikeringkan.

- Aerasi yg digunakan buat mensuplai oksigen dipasang menggunakan jarak antar titik lebih kurang 50 cm.

- bak diisi dengan air laut. Air laut disaring melalui filter pasir. Salinitas air laut berkisar 30-32 ppt. Pengisian dilakukan - sehari sebelum penebaran telur serta diberi aerasi kuat selama 24 jam. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan kadar oksigen terlarut yang bermanfaat buat penetasan telur.

B. Penebaran telur

- Setelah persiapan bak terselesaikan, telur ditebar dengan kepadatan telur yang ditebar antara 10 ? 20 buah/lite. Penebaran telur dilakukan sehabis perkembangan embrio mencapai stadia neurola akhir, karena menurut hasil pengamatan dalam stadia ini perkembangan embrio hingga menetas memerlukan waktu relatif lama . Telur yg ditebarkan sebelum stadia neurola tak jarang terjadi kerusakan lantaran perkembangan stadia sebelumnya (blastula & gastrula) sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan & perkembangan embrio dalam stadia tersebut berjalan nisbi cepat.

- Telur menetas antara 18-20 jam selesainya pemijahan pada suhu 27-190C.

- Larva ikan kerapu baru menetas diklaim menjadi D-0. Untuk menjaga kualitas air, cangkang-cangkang telur & telur yg nir menetas segera disiphon.

C. Perkembangan larva

- Pada saat awal penetasan, aerasi dikecilkan. Hal ini dimaksudkan agar larva kerapu yang baru menetas nir teraduk oleh arus yang disebabkan aerasi.

- Pada waktu menetas (D-0) sampai D-2, larva kerapu belum memanfaatkan pakan berdasarkan luar lantaran masih mempunyai cadangan pakan berupa kuning telur.

- larva mulai membutuhkan pakan dari luar yaitu rotifera (Brachionus plicatilis).

- Pada umur D-8, bakal sirip punggung & sirip perut mulai tampak berupa tonjolan. Pada D-10 tonjolan tadi sudah terlihat panjang & berbentuk spina. Pertambahan panjang spina berlangsung hingga D-20 s/d D-21 dan selanjutnya akan berubah bentuk menjadi duri keras pertama pada sirip punggung dan sirip perut.

- Pada D-25 mulai timbul bintik-bintik hitam dipermukaan tubuhnya secara merata, larva ikan kerapu sudah mulai menjadi ikan muda.

D. Pakan dan pemberian pakan

- Pakan yg dipersiapkan buat larva ikan kerapu terdiri menurut pakan alami & pakan protesis. Pakan alami yg dipersiapkan melalui kultur massal secara terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis); Artemia dan jambret (Mysidaceae).

- Sedangkan pakan buatan diberikan buat melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi.

E. Pengelolaan kualitas air

- Dilakukan penyiponan dasar bak bila terlihat dasar bak kotor, larva jua diberikan Chlorella Sp. Dengan kepadatan

- 250 ? 300 ribu sel/ml. Pemberian Chlorella Sp. Ini terus dilakukan hingga larva berumr D-30.

- Pergantian air juga dilakukan sesuai menggunakan umur larva. Pada D-lima sampai D-9 pergantian air lima % per hari. Pada D-10 sampai D-19 pergantian air 10-15 % per hari. D-20 hingga D-30 pergantian air 20-30 % per hari & mulai D-30 pergantian air dilakukan 50 % per hari. Panen dan pasca panen

- Pemanenan bisa dilakukan setelah larva berumur 50-90 hari atau sudah mencapai ukuran panjang 4-lima cm (dua?).

TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU

Kegiatan budidaya ikan kerapu yang telah mulai berkembang merupakan pembesaran pada karamba jaring apung (KJA) di laut. Meskipun begitu, nir tertutup kemungkinan buat budidaya ikan kerapu di bak terkontrol secara intensif juga pada kolam air laut (tambak).

Pembesaran di KJA

a. Pemilihan lokasi

faktor yg perlu diperhatikan buat menunjang keberhasilan aktivitas budidaya ikan kerapu di KJA merupakan pemilihan lokasi. Parameter yg perlu diperhatikan pada pemilihan lokasi tersebut merupakan:

? Lokasi terlindung berdasarkan gangguan angin & gelombang yang kuat.

? Kedalaman air minimal 15 m,

? Lokasi harus terhindar menurut dampak pencemaran, mudah diperoleh sarana & prasarana yang diperlukan. Selain itu lokasi tadi memenuhi persyaratan fisika dan kimia air misalnya : - Salinitas 20-35 ppt

- Suhu 27-32oC

- DO > 5 ppm

- PH 7,5-9,0

- Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm

b. Sarana budidaya

? Kerangka/rakit : berfungsi buat menempatkan kurungan (jaring), terbuat menurut bahan bambu, kayu atau pipa galvanis yang telah dicat anti zat oksidasi. Bentuk & berukuran kerangka/rakit bervariasi tergantung menurut ukuran yg digunakan, sebuah rakit umumnya terdiri dari empat butir kurungan (jaring).

? Pelampung : berfungsi buat mengapungkan keseluruhan wahana budidaya, bisa dipakai pelampung menurut bahan drum oplastik, drum besi atau pelampung styrofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yg digunakan diadaptasi dengan besarnya beban dan daya apung dari pelampung, Pelampung diikatkan pada rakit menggunakan tali polyethylene (PE) ? 0,8-1,0 centimeter.

• Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan : terbuat dari bahan polyethylene (PE). Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif lebih murah jika dibandingkan degan bahan-bahan yang lain. Bentuk dan ukuran kurungan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan serta faktor kemudahan dalam pengelolaannya. Ukuran kurungan ummnya adalah (2 x 2 x 2) m3; (3 x 3 x 3)m3 atau (3 x 3 x 5) m3. Lebar mata (mesh size) kurunga disesuaika degan ukuran ikan yang dibudidayakan, misalnya untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 “), panjang ikan 10-15 cm lebar mata 25 mm (1”) serta apabila panjang ikan > 15 cm lebar mata adalah 25-50 mm (1-2”)

? Jangkar : berfungsi buat menunda holistik wahana budidaya agar permanen pada tempatnya. Jangkar yg digunakan wajib sanggup menunda wahana budidaya menurut dampak arus, angin & gelombang. Jangkar dapat terbuat berdasarkan besi, karung berisi pasir atau balok semen/beton. Jangkar diikat dengan tali PE & panjangnya tergantung kedalaman perairan, umumnya tiga kali kedalaman perairan dalam ketika pasang tinggi.

Tehnik Pembesaran

Penebaran Benih : Benih ikan kerapu berukuran panjang 4-5 cm (2?) menurut hasil tangkapan di alam maupun menurut output produksi pada loka pembenihan (hatchery) umumnya didederkan terlebih dahulu pada bak beton atau waring nylon hingga mencapai berukuran glondongan (10 centimeter) buat kemudian ditransfer ke karamba jaring apung di laut sampai mencapai berukuran konsumsi. Padat penebaran untuk benih yang beratnya 20-50 gr/ekor adalah 10 ekor/m3 .

? Pakan : Pakan yg umumnya diberikan dalam pembesaran ikan kerapu merupakan ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar, seperti ikan selar, tamban atau layang. Jenis ikan ini mengandung protein tinggi dan kadar lemaknya rendah. Rasio konversi pakan umumnya berkisar antara 7-8, merupakan buat menerima daging ikan 1 kg diperlukan 7-8 kg ikan rucah. Pakan yang diberikan usahakan dalam keadaan segar menggunakan dosis 5-10 % menurut bobot biomas setiap harinya.

? Pengelolaan ikan : Kurungan apung sebagai tempat buat membudidayakan ikan kerapu adalah lingkungan yang terbatas, sehinga kebebasan ikan terbatas juga. Akibat menurut keadaan ini terjadi pertumbuhan yang nir seragam karena adanya persaingan pada menerima makanan, ruang gerak juga disparitas aktivitas ikan. ? Untuk itu dilakukan penjarangan menggunakan jalan mengurangi kepadatan dipindah ke jaring lainnya.

? Pengelolaan sarana budidaya : Sarana budidaya berupa rakit, kurungan apung, pelampung dan wahana lainya wajib mendapat perawatan secara berkala.

? Pengendalian Penyakit : Penyakit yang banyak menyerang ikan kerapu yang dibudidayakan dalam karamba jaring apung adalah ditimbulkan oleh krustacea, trematoda, protozoa, jamur, bakteri & virus. Krustacea dan trematoda umumnya menyerang insang, sedangkan protozoa, fungi, bakteri dan virus menyerang bagian tubuh yg luka. Gejala ikan kerapu yg sakit bhineka tergantung penyakit yang menyerangnya serta daya tahan tubuh ikan yg diserang. Gejala tersebut harus diketahui buat menentukan cara pengendalian yg sempurna dan efisien.

? Panen : Ukuran panen dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya berukuran yg dikehendaki pasar (berukuran konsumsi) adalah 0,5-1 kg per ekor ikan. Untuk mencapai berukuran 500-1000 gram, ikan kerapu tikus berbobot tebar 20-50 gr wajib dipelihara selama 10-12 bulan.. Selama masa pemeliharaan diperlukan seleksi berukuran (grading) setetah bulan kelima buat mengurangi variasi berukuran yg terlalu tajam sehingga diperlukan berukuran panen dalam bulan ke-12 merupakan relatif seragam. Ikan kerapu tikus memiliki harga jual yang tinggi umumnya pada keadaan hidup. Untuk itu penanganan pasca panen pula wajib dilakukan menggunakan sangat hati-hati.

PENANGANAN PENYAKIT IKAN

Jenis- jenis parasit yang sering menyerang ikan kerapu bebek dan cara pengobatannya menggunakan memakai bahan kimia & alami sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kelautan & Perikanan Derektorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Laut Lampung (2001 ) Pembesaran kerap macan (epinephelus fuscoqutattus) dan kerapu bebek (cromileptes altivelis)

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://4.bp.blogspot.com/_n-7fOeq--8s/S-IkcaoqipI/AAAAAAAAAEo/DBWiaIpqzgk/s320/BEBEK.jpg&imgrefurl=http://tipspetani.blogspot.com/2010/05/pembesaran-ikan-kerapu-bebek.html&h=198&w=320&sz=17&tbnid=JhrgPYpcf5Yy7M:&tbnh=90&tbnw=145&zoom=1&usg=__rRlf658huJZgwJA9X97j5ytp-e0=&docid=PSvJkBCfCa3siM&hl=id&sa=X&ei=XfiGUa2LPMfqrAeCw4HQCg&ved=0CDMQ9QEwAg&dur=37

Johanis dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Bebek Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol.III No.4 Tahun 1997. Parasit Pada Ikan Kerapu Di Panti Benih Dan Upaya Penanggulangannya. Zafran*), Isti Koesharyani**) , dan Kei Yuasa

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol.III No.4 Tahun 1997. Studi Tentang Penyakit Bakterial Pada Ikan Kerapu Isti Koesharyani*) dan Zrafran*)

Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, et. al. 1998, Tanaman berkhasiat Obat di Indonesia, hal 133-136, Penerbit Pustaka Kartini.

Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma dan Dr. Setiawan Dalimartha., 1997 Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Hal 80-82, Penebar Swadaya, Jakarta.

Syamsul Akbar, Pg D ip, Drs Sudaryanto Pembenihan dan Pembesaran Kerape Bebek, Penebar Swadaya 2002

Zufran et.al.,Parasit pada Ikan Kerapu Di Panti Benih dan Upaya Penanggulangannya,Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia vol.III No.4 Tahun 1997

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: