Usaha budidaya labi-labi sangat menarik & perlu dikembangkan buat menaikan tingkat hayati para pembudidaya dan mencukupi kebutuhan protein.
Salah satu pertarungan yg dihadapi dalam budidaya labi-labi adalah serangan penyakit. Oleh sebab itu buku ini menerangkan bagaimana cara pengobatan menurut penyakit yang menyerang, baik memakai bahan alami juga bahan kimia. Tetapi yang lebih ditekankan adalah menggunakan bahan alami, lantaran dapat mengurangi pengaruh negatifnya.
BIOLOGI LABI-LABI
Morfologi
Bentuk tubuh labi-labi sangat spesial , yakni oval agak oval, pipih, dan tanpa sisik. Dengan bentuk tubuh yg demikian itu diklaim berbentuk theca. Karapas dan plastron atau bagian bawah tubuh tang nir tertutup cangkang, terbungkus oleh kulit yg liat. Labi-labi tidak bergigi, tetapi rahangnya sangat kuat dan tajam. Kulit tertutup sang perisai yang asal menurut lapisan epidermis berupa zat tanduk.
Sifat Biologi
Labi-labi bernafas menggunakan paru-paru (pulmo), demikian juga menggunakan anak-anaknya yang baru menetas. Sepanjang hidupnya, labi-labi tidak pernah mengalami perubahan alat pernafasan yang berupa paru-paru tadi. Karena bernafas dengan paru-paru, peredaran darahnya menyerupai peradaran darah m,anusia. Hanya, sekat antar ke 2 belahan jantungnya belum sempurna, sehingga darah bersih dan darah kotor masih tercampur pada pada jantung.
Jenis yg Dimanfaatkan
Dari beberapa jenis labi-labi yg belum dilindungi undang-undang adalah Trionyx cartilagineous & Trionyx spincter / Trionyx spinifer. Kedua jenis labi-labi adalah labi-labi yang poly terdapat di perairan Indonesia.
Selain itu terdapat jua jenis labi-labi lain yg ketika ini cukup popular buat dibudidayakan, yakni jenis Trionyx sinesis Taiwanese yg merupakan jenis labi-labi yang didatangkan menurut Taiwan.
LOKASI BUDIDAYA
Lokasi Usaha yg Tepat
Dalam usaha labi-labi perlu diperhatikan beberapa segi, baik dari segi social maupun ekonomi ataupun dari segi teknisnya sendiri.
Air
Keberhasilan bisnis budidaya labi-labi sangat ditentukan leh air, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Sumber air.
- Jumlah air.
- Kualitas air, mencakup; DO, suhu, pH, amoniak, alkalinitas, kekeruhan, dan warna.
- Kebersihan air.
Tanah Kolam
Sebelum menciptakan kolam buat budidaya labi-labi, terdapat beberapa factor yg wajib diperhatikan, diantaranya;
- Topografi
- Jenis tanah (tanah liat, berpasir, dll)
- Ketinggian
-
Kolam Pemeliharaan
A. Persyatan Kolam
Kolam dapat diartikan menjadi suatu genangan air yg dengan sengaja dibentuk sang manusia dan pada keadaan dapat dikendalikan. Dengan kata lain, kolam tadi dapat menggunakan gampang dikeringkan atau ditambah airnya sinkron dengan kebutuhan.
Persyaratan teknis yg harus diperhatikan adalah sebagai berikut;
1. Mudah dikeringkan
2. Terhindar dari banjir
tiga. Pematang
4. Pintu pemasukan (inlet)
lima. Pintu pengeluaran (outlet)
6. Kemalir
7. Filter
PEMBENIHAN
Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan adalah galat satu factor yg ikut menentukan keberhasilan usaha budidaya labi-labi. Kolam poemijahan wajib dibangun pada lokasi yang terbuka dengan maksud agar cahaya matahrai tidak terhalang dan eksklusif menyinari kolam sepanjang hari. Syarat lain yg diperhatikan merupakan dasar kolam harus berdasarkan jenis Lumpur berpasir dan dinding pematang yang dibuat miring supaya memudahkan induk labi-labi berjemur dalam siang hari. Selain itu pula pematang dimanfaatkan buat meletakkan pakan bagi labi-labi.
Persiapan Induk
a. Bak karantina
b. Kolam induk
c. Jantan dan betina
Pemijahan
Pemijahan labi-labi terjadi pada bulan Juli sampai Desember. Sebelum dipakai kolam pemijahan dikeringkan terlebih dahulu selama 3 ? Lima hari. Dasar kandang dilapisi pasir halus setebal 20 centimeter buat loka menyimpan telur, waktu labi-labi bertelur. Perbandingan induk jantan dan betina yang dilepaskan adalah 1 : 4 ialah 1 ekor jantan & 4 ekor betina per m2 luas kolam. Induk akan bertelur sehabis 7 ? 12 hari sehabis penebaran, umumnya bertelur dalam malam hari pukul 20.00 ? 02.00.
Penetasan Telur
Rumah penetasan
Penetasan telur dilakukan di tempat khusus pada dalam ruangan tertutup yang umumnya disebut rumah penetasan (incubator) yg dibangun dengan dinding atap yg memadai, sebagai akibatnya terkena sinar surya langsung.
Proses penetasan
Induk labi-labi yang bertelur tidak boleh diganggu hinggaproses bertelur selesai, tandanya adalah bila labi-labi telah meninggalkan sarangnya. Setelah induk masuk kembali ke pada kolam, telur diambil menurut sarangnya secara hati-hati. Sebaiknya diusahakan agar pada proses pengambilan telur ini nir terlalu lama . Telur labi-labi yang berada dalam sangkar diambil secara hati-hati, kemudian disusun rata dalam bak penetasan secara bertingkat atau berlapis. Setiap tingkat dilapisi menggunakan pasir halus hingga seluruh telur terkubur pasir halus. Selama proses penetasan berlangsung suhu pada dalam ruangan tadi diusahakan tetap stabil antarta 29?330 C menggunakan kelembaban 85 ? 95%. Cara mempertahankan suhu ruangan penetasan tadi bisa dilakukan dengan menggunakan pemanas lampu pijar. Telur labi-labi akan menetas selesainya 40 ? 45 hari atau paling usang 60 hari dalam suhu ruangan 300C.
PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA
Jenis-Jenis Penyakit
Penyakit yang biasa menyerang labi-labi bersama penanggulangannya bisa dipandang dalam tabel berikut :
Cara Pengobatan
Untuk mengetahui cara pengobatannya bisa dicermati dalam Tabel berikut :
Uraian menurut Bahan Alami yang Digunakan
? Sambiloto (Andrographis paniculata)
? Sifat dan Khasiat
? Daun sambiloto bersifat Anti Pellet Aggregasi, sebagai pencegah penggumpalan darah, sehingga tak terjadi radang. Kadar kaliumnya tinggi yang bisa membantu mengeluarkan air dan garam, sebagai akibatnya menurunkan tekanan darah Kandungan Kimia
1. Mengandung minyak Astiri (anti radang).
Dua. Mengandung zat Andrographolid.
3. Alkaloid.
4. Kalium.
? Bagian yg Digunakan
Bagian yg bisa digunakan sebagai obat adalah daun & batangnya.
? Cara Pembuatan Ekstrak
Daun sambiloto yg akan dibentuk ekstraknya sebelumnya dicuci terlebih dahulu lalu dihaluskan sebesar 20 lbr yg dicampur menggunakan 100 cc aquades, selesainya tercampur rata lalu disaring & diambil airnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997. Barito Utara Berhasil Membudidayakan Labi-labi. Kompas, 24 September 1997.
Hermawan, R. 1998. Kajian Usaha Budidaya Labi-labi (Trionyx caartilaginesus). Penebar Swadaya. Jakarta.
http://www.google.com/imgres?imgurl=http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/30/Dogan_subplan100117-0332_ipb.jpg/250px-Dogan_subplan100117-0332_ipb.jpg&imgrefurl=http://id.wikipedia.org/wiki/Labi-labi_hutan&h=221&w=250&sz=21&tbnid=JYbym94JU4ZbkM:&tbnh=97&tbnw=110&zoom=1&usg=__4jxJxMptfuCsmrVkz3so6CQ_kxM=&docid=wa2r8Yolz50u5M&hl=id&sa=X&ei=LP6GUfqSGMnMrQee04HIBw&sqi=2&ved=0CD0Q9QEwAg&dur=1407
Karyono. 1998. Mencoba Penakaran Labi-labi. Trubus No.344 Juli 1998.
Waluyo dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Labi-labi Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Checking your browser before accessingPlease enable Cookies and reload the page. This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly. Please allow up to 5 seconds… |